Cukup dengan harga Rp 6 ribu Anda sudah bisa menikmati kopi utek-utek di Cafe Kedung Lumpang dengan latar belakang pemandangan alam.
Merdeka.com, Banyuwangi - Ada cara unik saat menikmati kopi bagi warga Kecamatan Licin Banyuwangi. Kopi yang sudah diseduh di dalam cangkir atau gelas, sengaja tidak diberi gula. Saat menikmati, cukup menggigit gula aren yang biasa disebut utek-utek.
Cara menikmati kopi utek-utek dengan menyruput sambil menggigit gula ini, sudah dilakukan warga turun temurun. Terutama di desa yang menjadi sentra produksi gula aren. Seperti di Desa Banjar, Segobang dan Jelun.
Bila Anda ingin menikmati kopi utek-utek, bisa berkujung ke Cafe Kedung Lumpang yang terletak di Desa Kenjo, Kecamatan Glagah. Tepat di jalur menuju wisata Gunung Ijen, berbatasan dengan Desa Banjar Kecamatan Licin.
Budiono (34) Manager Cafe Kedung Lumpang sekaligus warga Desa Jelun Kecamatan Licin ini menjelaskan, memang sengaja memasang menu kopi utek-utek di cafe-nya untuk melestarikan budaya minum kopi yang unik di daerahnya.
"Kopi utek itu khas Kecamatan Licin. Dari orang tua dan Kakek saya dulu sudah buat kopi utek. Gulanya sebesar jempol, terus dibungkus daun aren," ujar Budi kepada Merdeka Banyuwangi, Sabtu (20/8).
Dia melanjutkan, cara menikmati kopi utek-utek memang khas. Warga Licin biasanya akan menikmati kopi utek-utek di pagi hari, sebelum berangkat kerja ke sawah.
Selain itu, kata Budi, ada kuliner pasangannya saat menikmati kopi utek-utek, yakni singkong yang dibakar.
"Kakek saya dulu kan juga bikin gula aren. Jadi kopi diminum terus gulanya digigit. Pasangannya sawi (singkong) yang dibakar," tuturnya.
Soal rasa, kopi utek-utek ini memang khas. Rasa pahit atau asam dari kopi jenis robusta dan arabica, bisa menghadirkan varian rasa tersendiri saat mengigit gula aren.
Cukup dengan harga Rp 6 ribu Anda sudah bisa menikmati kopi utek-utek di Cafe Kedung Lumpang dengan latar pemandangan alam dan suara gemercik air dari sungai.
Selain di Cafe Kedung Lumpang, pengunjung yang sedang berwisata ke Gunung Ijen mampir untuk menikmatinya di beberapa desa, Kecamatan Licin. Seperti di Desa Banjar yang sudah menjadi lokasi wisata alam dan budaya.
"Soalnya kopi utek-utek ini masih jarang ada yang jual," ujar Budi.