1. BANYUWANGI
  2. PARIWISATA

Ahmed, pelancong asal Mesir 'kepincut' seni budaya di Temenggungan

"Selama satu bulan di sini, saya merasa beruntung, senang. Belajar gitar, belajar terapi, belajar tari, bernyanyi lagu Using," kata Ahmed.

Ahmed Mahergad. ©2016 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Senin, 23 Mei 2016 14:40

Merdeka.com, Banyuwangi - Ahmed Mahergad, sudah satu bulan ini tinggal di Kelurahan Temenggungan, Banyuwangi, Jawa Timur. Pria asal Mesir ini tertarik belajar lagu-lagu tradisional Using, musik gamelan, angklung dan seni tari di Temenggungan. Usai mempelajari, dia akan menulis pengalamannya di blog dan berencana membuat sebuah buku catatan perjalanan.

Sebagai seorang traveler, kedatangan Ahmed ke Kampung Temenggungan tidak ada tujuan utama. Dia mengaku murni mempelajari nilai-nilai tradisional, seni dan budaya yang ada di sana. Menurut dia, di Temenggungan memiliki kekuatan seni, budaya dan masyarakat yang ramah.

"Selama satu bulan di sini, saya merasa beruntung, senang di sini. Belajar gitar, belajar terapi, belajar tari, bernyanyi lagu Using. Seringkali minum kopi sambil berkumpul bersama sambil main gamelan, angklung. Orang-orangnya luar biasa," katanya kepada Merdeka Banyuwangi, Sabtu (21/4).

Saat ditemui di Temenggungan, Ahmed sempat memperlihatkan kemampuan menari yang sudah dia pelajari, sambil bernyanyi lagu Using, berjudul 'Layangan'. Malam itu, di Temenggungan, memang sedang mengadakan pentas seni sederhana di tengah jalan perkampungan. Diselenggarakan oleh kelompok Kampung Wisata Temenggungan (Kawitan).

"Pentas seni ini untuk menyambut tamu dari Mahasiswa Universitas Brawijaya, Jurusan Pariwisata untuk ketiga kalinya," kata Yono, salah satu anggota Kawitan.

Sejak awal, Ahmed terlihat senang melihat penampilan kelompok musik patrol dari Banyuwangi Putra Junior, Kawitan. Anak-anak usia SD hingga SMP sudah terlihat mahir bermain musik.

Ahmed sudah tidak bisa menahan diri ingin turut serta tampil saat musik patrol dengan kemasan jazz, dimainkan oleh Banyuwangi Putra Senior. Ada bunyi harmonika, seruling, gitar, angklung, kentongan, contra bass. Sebuah perpaduan unik, antara rancak bunyi musik patrol dipadukan dengan gaya bermain jazz. Mendengar itu, Ahmed langsung menari sambil bernyanyi menggunakan selendang batik khas Banyuwangi.

"Pedhote layangan, seng dadi paran, tapi ojo sampek pedhot seduluran (Putusnya layangan tidak jadi masalah. Tapi jangan sampai putus jalinan pertemanan atau kekeluargaan)," kata salah satu petikan lagu Using berjudul Layangan Pedhot saat dinyanyikan Ahmed.

Ahmed memang terdengar menguasai semua lirik lagu daerah Banyuwangi tersebut. Upayanya menghafal, kata dia, karena lagu Layangan Pedhot memiliki nilai filosofis yang kuat. "Lagu Using, lumayan banyak falsafah. Itu mengajarkan jangan sampai putus persaudaraan," ujarnya.

Saat ini, Ahmed masih berstatus mahasiswa di Fakulty of Medicine Ain Shams University, Kairo, Mesir. Bila melihat latar belakang akademiknya, Ahmed memang seorang mahasiswa kedokteran yang mencintai traveling. Terutama di negara-negara yang kaya dengan seni dan budaya seperti Indonesia. Sejak akhir 2015, saat masa kuliahnya sudah lima tahun, Ahmed memutuskan cuti untuk berkeliling dunia.

"I stop my study, i just traveling now. Sebelumnya saya pernah ke Nepal, Malaysia dan ke Indonesia ini. Keliling dunia. tapi di Asia khususnya, saya buat blog, menulis pengalaman tentang budaya, bahasanya. Saya ini enggak suka pantai, enggak suka keramaian. Saya lebih suka kealamiahan seperti di sini," kata pria 24 tahun ini.

Sebelum sampai di tanah Using pada akhir April kemarin, Ahmed sudah berkunjung ke Yogyakarta dan Bali. Mulanya dia masih berada di Bali untuk belajar ilmu bela diri. Dari sana, Ahmed mendapat rekomendasi untuk datang ke Temenggungan.

"Katanya di Temenggungan banyak sekali seni budaya, masih asli budayanya. Terus saya tertarik datang ke Temenggungan. Dan saya menemukan sesuatu yang lain, di Bali sama sini berbeda. Di sini penduduknya sangat ramah," tuturnya.

Selain masyarakat yang ramah, di Temenggungan Ahmed juga terkesan dengan kekayaan kuliner tradisionalnya. "Saya dikasih kue dari singkong, saat acara selamatan 1000 hari. Saya suka makanan tradisional sini," katanya.

Hingga saat ini, Ahmed belum mengetahui kapan dia akan meninggalkan Temenggungan. Sebab dia mengaku sebagai traveler yang lambat, dengan tujuan bisa mengamati dan belajar lebih dalam setiap tempat yang dikunjungi.

"Itu filosofi traveler saya, sambil memahami setiap daerah yang saya kunjungi. Seperti di sini, saya pikir semangat hidup masyarakat Temenggungan sangat luar biasa. Saya menemukan kedamaian di sini. Tidak seperti di Mesir, kondisi politiknya kacau," ujarnya.

(MT/MUA)
  1. Seni dan Budaya
  2. profil
  3. Wisata Alam
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA