Lori Wisata Terowongan Mrawan ini hasil kolaborasi PT KAI, Banyuwangi, Jember dan PTPN XII.
Merdeka.com, Banyuwangi - Gunung Gumiter, yang membelah Kabupaten Jember-Banyuwangi, Jawa Timur, bakal menjadi lokasi wisata menarik: Lori Wisata Terowongan Mrawan. Wisata baru ini, menghadirkan keindahan alam dan semerbak aroma perkebunan kopi dan coklat yang ada di Gunung Gumiter.
Area wisata menyimpan kisah legenda Damar Wulan dari Majapahit dan sejarah kerja rodi kaum pribumi semasa pendudukan Belanda ini, resmi dibuka oleh Bupati Banyuwangi Abdullah Azawar Anas, Pemkab Jember dan PT Kereta Api Daop 9, PTPN XII, serta beberapa instansi terkait, Minggu (20/3).
Bagi wisatawan yang ingin menghabiskan hari liburnya bersama keluarga di hari Sabtu dan Minggu di Wisata Terowongan Mrawan, dijanjikan bisa berselfie ria dalam terowong terpanjang di Tanah Air tersebut.
Di Terowongan Mrawan, memiliki panjang hampir sekitar 700 meter dan berada di ketinggian 400 meter di atas permukaan laut ini, para wisatawan akan disuguhi cerita-cerita sejarah pembangunan terowongan, yang saat itu dilakukan oleh Belanda dengan mempekerjakan kaum pribumi.
Di terowongan yang bersuhu 20 hingga 25 derajat celcius itu, terdapat gua-gua tempat persembunyiam para pekerja saat kereta hendak lewat. Terowongan Mrawan, mulai dibangun Belanda Tahun 1901.
"Kemudian sempat berhenti di Tahun 1902, karena ternyata di dalam terowongan ada pancuran. Sekarang pancuran itu dialihkan ke luar terowongan. Baru di Tahun 1910, kereta api pertama lewat terowongan itu," terang Asisten Manajer Humas PT KAI Daop 9, Tohari.
Tohari juga menyebut, untuk bisa menikmati Lori Wisata Terowongan Mrawan, PT KAI Daop 9 menyediakan kereta khusus, dengan dua gerbong, yang hanya cukup untuk 12 orang. "Biaya perpaket Rp 1,2 juta. Untuk bisa menggunakan lori wisata ini, wisatawan bisa lewat di Stasiun Kalibaru Banyuwangi atau agen wisata daerah," lanjutnya.
Sementara Bupati Anas mengatakan, sudah saatnya tempat wisata dikotak-kotak di satu daerah saja, tapi bisa dilakukan dengan berkolaborasi, seperti Lori Wisata Terowongan Mrawan di Gunung Gumiter.
"Lori wisata ini adalah bentuk kolaborasi. PT KAI mendukung upaya pengembangan wisata di Banyuwangi. Wajib dijajal bagi wisatawan yang menyukai jenis wisata edukasi dan wisata sejarah, karena atraksi ini kental nuansa edukasi dan sejarah," jelas Anas usai meresmikan wisata yang konon dikenal sangat angker tersebut.
Dari sisi wisata edukasi, wisatawan bakal diperkenalkan dengan dunia perkebunan kopi dan cokelat. "Cocok untuk wisata keluarga. Saatnya anak-anak tak hanya tahu soal game di gadget-nya, tapi juga diajak berwisata ke sini," ujar Anas.
Dari sisi wisata sejarah, lanjut Anas, wisatawan diajak melewati terowongan bawah tanah di lorong di Gunung Gumitir. "Di sini, akan bisa memberikan edukasi sejarah bagaimana terowongan ini dibangun di masa penjajahan Belanda," kata Anas.
Anas menambahkan, lori wisata ini bakal melengkapi pengembangan destinasi di wilayah barat kabupaten yang dipimpinnya dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Jember.
Sementara itu, Direktur Keuangan PT KAI Didik Hartantyo menimpali, lori wisata ini merupakan inovasi PT KAI yang berkolaborasi dengan daerah maupun BUMN, untuk menghidupkan destinasi-destinasi wisata daerah yang bukan hanya kebun, tetapi juga kuliner dan jasa transportasi.
"Selain itu, juga untuk membuka akses wisatawan asing dengan menggunakan jalur kereta api. Kedepan kami akan terus mencari daerah-daerah aktif untuk kolaborasi ini. Dan saya melihat Banyuwangi salah satu daerah yang selalu siap untuk kolaborasi pengembangan destinasi wisata baru," tandas Didik.
Sekadar tahu, Gunung Gumiter memiliki legenda tentang kisah Damar Wulan, yang diutus Ratu Kencono Wungu untuk menghabisi Parabu Minak Djinggo dari Kerajaan Blambangan.
Tak hanya itu, di dalam terowongan, menurut cerita rakyat, pernah ada seorang nonik Belanda, pingsan dengan tubuh tanpa sehelai benangpun. Ketika tersadar, si nonik tersebut bertanya: Apakah saya masih perawan atau sudah dinodai?
Dari kisah ini, masyarakat setempat menamainya dengan Terowongan Mrawan, yang artinya antara perawan dan tidak perawan. Masyarakat sekitar, juga mepercayai Terowongan Mrawan sangat angker dan dihuni oleh roh-roh gentayangan.