"Pertama kali datang ke sana kami langsung jatuh cinta. Kalau dari kacamata kami, Temenggungan itu potensi internasional," kata Bactiar.
Merdeka.com, Banyuwangi - Siapa yang tak kenal dengan Kota Banyuwangi dewasa ini. Sebab perkembangan pariwisata dan budaya di Kota Gandrung itu semakin meningkat dan dikenal hingga ke penjuru negeri, bahkan mancanegara. Event nasional hingga internasional sering dihelat beberapa tahun ini.
Berkembangnya pariwisata di Banyuwangi memunculkan inisiatif dari masyarakat untuk semakin memacu proses kreatif, terutama di bidang kesenian. Salah satu kelompok masyarakat yang peduli dengan perkembangan seni adalah Komunitas Hiduplah Indonesia Raya (Hidora). Sebuah komunitas yang memiliki visi ingin memunculkan potensi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat berbasis kampung.
Salah satu pendiri Hidora, Bactiar Djanan, mengatakan cikal bakal komunitas ini lahir pada 2012. Saat itu komunitas berbasis masyarakat tersebut masih menata konsep bersama dari para pendirinya. Hingga akhir 2014, Hidora berkomitmen segera melakukan tindakan nyata atas konsep yang sudah digodog selama itu.
Gayung bersambut. Pada Oktober 2015 lalu Hidora bertemu dengan para pegiat seni di Desa Temenggungan, Banyuwangi. Hidora ingin menggali ruang-ruang yang belum terjamah pemerintah, salah satunya Desa Temenggungan.
"Pertama kali datang ke sana kami langsung jatuh cinta. Kalau dari kacamata kami, Temenggungan itu potensi internasional," kata Bactiar kepada Merdeka Banyuwangi (15/3).
Desa Temenggungan memang terkenal sebagai kampung seniman. Masyarakat di sana banyak yang berprofesi sebagai kuli bangunan sampai tukang pijat. Namun kecintaan masyarakat Temenggungan terhadap kesenian dan budaya sangat tinggi. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya potensi setiap warga yang ahli dalam bermain alat musik, seperti seruling, gitar, kentongan dan gendang.
"Januari kemarin kita bikin Festival Kampung Temenggungan. Pengisi acara hampir 50 seniman dari berbagai kota di Indonesia dan 12 negara. Mereka datang dengan biaya sendiri, enggak dibayar. Kami hanya memfasilitasi makan," ungkap Bactiar dengan bangga.