1. BANYUWANGI
  2. SENI DAN BUDAYA

Perajin ukir perak Banyuwangi ini pernah juara di Amerika Serikat

Dia belajar secara otodidak. Karyanya mengagumkan dan terlihat indah.

©2016 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Rabu, 28 Desember 2016 14:49

Merdeka.com, Banyuwangi - Daduk Triyono, (34) sudah dua tahun ini menekuni kerajinan ukir perak untuk bingkai batu akik (emban), gelang, dan liontin. Meski dipelajari secara otodidak, karya ukirnya pernah juara dalam kontes ukir perak di California, Amerika Serikat.

Warga Kelurahan Taman Baru, Banyuwangi ini mulanya menilai banyak batuan akik langka dan berharga mahal, namun tidak dikemas dengan bingkai emban yang berseni. Pencinta batu akik jenis virus ini mengatakan, dari hobinya dia lantas coba bereksperiman membuat ukiran dari perak. Bagian emban mulanya akan dilapisi, baru kemudian diukir dengan cara manual.

"Semuanya saya ukir manual. Tidak pakai mesin. Biji perak dilebur, kemudian langsung diukir manual," ujar Daduk saat ditemui Merdeka Banyuwangi di rumahnya yang ada di utara Taman Makam Pahlawan atau depan Kantor Pemkab Banyuwangi, pekan lalu.

Karya ukir manualnya ini, kata Daduk, dipastikan limited edition. Sebab antara satu karya ukir dengan lainnya dipastikan akan berbeda. Soal inspirasi motif, Daduk akan menyesuaikan dengan kecantikan batu akik. Lantas dikreasikan dengan motif kearifan lokal seperti gajah uling dan motif seni ukir kuno zaman kerajaan Majapahit.

Awalnya dari hobi batu, khusus batu virus. Batu virus yang terkenal dari Irak (pegunungan persia, timur tengah sampai tibet, cina sampai ke amerika) dan tiap negara motif batunya beda.

"Keahlian ukir memang dari saya cinta seni. Karena rata-rata ring (emban) teman-teman tidak punya nilai seni. Inspirasinya ada yang bawa emban seni timur tengah, kemudian saya gabungkan dengan seni ukir lokalan Majapahit, Madura, dan motif gajah uling," jelasnya.

Bila diamati, hasil ukir peraknya memang memiliki tingkat kesulitan yang tinggi. Ada banyak detail motif hasil kreasi yang indah. Antara karya yang satu dengan lainnya punya perbedaan dan ciri khasnya sendiri. Dan semua dibuat tanpa menggunakan cetakan.

Sementara di Indonesia, kata Daduk masih dirinya saja yang bisa membuat karya ukir perak. Dia senidiri sudah sering coba menyuruh spesialis emban akik untuk meniru karyanya, tapi satupun tidak ada yang sanggup.

Tidak heran bila orang yang memesan, sudah hampir merata di beberapa wilayah Nusantara, Asia, sampai Amerika. "Yang pesan kalau Jawa tiap kota sudah. Bali, NTB, Ujung Padang, Lampung, Makasar, Batam. Taiwan, Amerika sudah ada dua pelanggan.
Kalau di Indonesia motif seperti ini belum ada yang bisa. Saya kasihkan tukang, suruh buat kayak gini banyak yang akat tangan," jelas Daduk.

Daduk mempromosikan hasil karyanya melalui jejaring sosial, Facebook. Pencinta batu akik ini mengatakan, meski tren pasar dan pengguna akik secara kasat mata sudah menurun, hal tersebut tidak mempengaruhi pasarnya.

Sebab kata Daduk, antar komunitas dan pencinta batu akik sejati, tidak sembarangan menyukai batu akik. Minimal harus mengetahui sejarahnya, keindahan dan langka. Apalagi seperti jenis batu virus miliknya, antara satu dengan lainnya tidak ada yang sama.

"Jadi gak ngaruh, kalau pas booming akik kemarin. Soalnya saya buatnya khusus yang tahu batu akik. Jadi masih stabil sampai sekarang. Bahkan lebih ramai sekarang," jelasnya.

Proses pemesanan perak ukir ke Daduk, mulanya pelanggan harus mengirimkan batu akiknya ke alamat rumah Daduk. Lantas dia akan membuatkan emban sesuai kecantikan batu akik. Cara tersebut memang dinilai berisiko. Namun Daduk punya prinsip akan selalu menjaga kepercayaan pelanggan.  

"Orang-orang yang pesan wajib mengirim batunya ke sini. Karena ide muncul dari motif, tekstur, warna sama bentuk batu. Tapi untuk urusan kepercayaan, itu susah. Dan saya menjamin tidak menipu untuk menjaga kepercayaan pelanggan. Dari awal mudah karena sudah punya teman pencinta akik di setiap kota," paparnya.

Hal tersebut juga berlaku bagi pelanggannya dari luar negeri. Daduk mengatakan, pemesan rata-rata suka dengan nilai seni ukir, kedetailan, dan yang jelas terbatas.

Untuk urusan harga, Daduk mematok per gram berat perak. Kadar perak 925 dihargai Rp 35 ribu per gram. Sedangkan kadar perak 950 dihargai Rp 40 ribu. Sementara untuk berat emban, rata-rata mencapai 20 gram.

Karya ukir perak yang menjadi juara satu di kontes California, merupakan hasil karya Daduk, namun dalam kontes menggunakan nama warga California. "Sudah dikonteskan ke California, dan juara satu. Tapi masih atas nama mereka. Tahunya saya dikabari, tapi saya senang, paling tidak tahu kalau karya saya sudah bisa menyaingi di sana," ujar pria yang menguasai bahasa mandarin dan Inggris ini.

Kedepannya, Daduk ingin membuat galeri sendiri di rumahnya dengan nama  Rumah Perak Potrekoneng. Agar karya seni ukir yang dibuatnya bisa dia hargai sendiri sesuai tingkat kesulitan.

"Harapannya, ini ingin saya patenkan untuk ukir seninya. Kemudian pengen buat galeri sendiri, dan saya kasih harga seni," jelasnya.

(MH/MUA)
  1. Seni dan Budaya
  2. Batu Akik
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA