Digelar selama dua hari 22-23 November 2017, workshop ini diikuti 43 guru SMA/SMK se Banyuwangi.
Merdeka.com, Banyuwangi - Sebagai tuan rumah penyelenggaraan even Apresiasi Film Indonesia (AFI) 2017, di Banywuangi terus digelar berbagai kegiatan perfilman. Setelah workshop penulisan dan penyutradaraan film pendek bagi pembuat film bagi calon sineas muda se-Indonesia, kini giliran digelar workshop Penggunaan Film di Dalam Kelas bagi guru. Para guru ini langsung mendapatkan ilmunya dari tokoh film nasional, seperti Niniek L Karim, Slamet Raharjo dan Tito Imanda.
Digelar selama dua hari 22-23 November 2017, workshop ini diikuti 43 guru SMA/SMK se Banyuwangi yang dipusatkan di Aula Dinas Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Banyuwangi. AFI ini diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Kepala Sub Bidang Tenaga Perfilman (Pusat Pengembangan Perfilman) Kemendikbud, Puspa Dewi menjelaskan workshop ini bertujuan mengajak guru memanfaatkan media film sebagai alat pembelajaran bagi dunia pendidikan. Film, kata Dewi, adalah ilmu pengetahuan sehingga film dinilai sebagai media yang tepat dalam pendidikan. Cerita-cerita dalam film dianggap media penetrasi yang tepat untuk anak-anak.
“Film ini kan gampang diterima, sangat mempengaruhi dan sering menjadi inspirasi anak-anak untuk menirukan karakter tertentu. Ini yang harus ditangkap para guru untuk membangun karakter siswa. Untuk itu, kami mengajak guru untuk membuat film pendek yang bisa disampaikan ke siswa,” kata Dewi.
Materi yang diberikan pada para peserta seputar pentingnya film dalam pendidikan, teknik mengajar menggunakan film dan pembekalan membuat film untuk digunakan dalam kelas. Yang menarik workshop ini adalah mentornya para tokoh film nasional. Seperti Niniek L Karim, Slamet Raharjo dan Tito Imanda, seorang pengajar sekolah film dari Badan Perfilman Indonesia.
Salah satu pemateri, Tito Imanda mengatakan sangat senang dengan antusias peserta. Bahkan Tito memuji para guru ini cepat memahami materi yang diajarkan. “Saya sempat kaget di Banyuwangi ini sudah banyak yang bisa membuat film. Mereka rupanya sudah melek tentang perfilman, jadi materi yang saya sampaikan cepat dicerna,” jelas dia.
Dalam kesempatan itu, tito mengajarkan materi tentang bagaimana memahami film, penggunaan film di dalam kelas, dan pembuatan film untuk di kelas. “Kita ajarkan bagaimana mencari topik, minimal mereka punya dokumen perencanaan film yang detail,” kata Tito.
Selama dua hari mengkuti pelatihan, para peserta mengaku menperoleh ilmu dan wawasan yang banyak seputar perfilman. Seperti yang dituturkan Wiranda, guru SMAN I Srono, Banyuwangi ini. Wiranda yang selama ini menjadi guru bidang studi sejarah mengaku mendapat ilmu baru menggunakan film untuk mengajar siswanya. “Meskipun kami sering menggunakan video untuk mengajar siswanya, tapi kami tidak punya teknik yang tepat. Baru setelah mengikuti workshop kami punya cara baru yang lebih tepat menggunakan film untuk sejumlah mata pelajaran,” kata Wiranda.