Jiwa entrepreneur harus dibangun sejak dini untuk memperkuat tenaga terampil jangka panjang di Banyuwangi.
Merdeka.com, Banyuwangi - Sebanyak 1.000 Anak-anak tampak sibuk membatik menggunakan canting elektrik di sepanjang jalan sekitar Ruang Terbuka Buka Hijau (RTHH) Desa Tampo, Kecamatan Cluring, Kabupaten Banyuwangi. Sebuah cawan berisi cairan malam ditaruh di tengah masing-masing kerumunan anak-anak. Saat mencanting, sebagian besar anak-anak tampak serius, memastikan guratan malamnya rapi sesuai motif batik. Beberapa sudah mandiri, ada juga yang masih didampingi para guru sekolahnya.
Dari seribu peserta yang mengikuti Festival Canting Sewu ini, berasal dari tiga tingkat pendidikan, mulai SD, SMP dan SMA. Kelompok kerumunan Anak-anak di deretan paling depan, tampak 20 siswa Sekolah Luar Biasa (SLB) PGRI 2 Jajag, serius mencanting. Mereka merupakan Anak-anak tuna rungu setara SMP dan SMA yang telah meraih juara membatik nasional.
"Jadi persenvokasional sekolah di SLB kami yang diunggulkan memang membatik. Anak-anak ini semua tuna rungu, dan sudah pernah juara lomba tingkat nasional," kata Rtiyana Tri Paluke, Guru Vokasional SLB Jajag saat mendampingi siswanya, Jumat (16/11).
Rtiyana melanjutkan, adanya festival mencanting harapannya bisa menguatkan jaringan dan kemampuan membatik anak didiknya. "Di desa Tampo ini kan banyak perajin batik, harapannya bisa menemukan ruang kreatif, dan skill juga untuk anak-anak," jelasnya.
Sementara itu, puluhan siswa-siswi SDN 7 Taman Agung, Kecamatan Cluring, tampak membatik motif gajah uling, salah satu identitas batik khas Banyuwangi. "Di sekolah kami belum ada ekstrakulikuler membatiknya. Jadi anak-anak ini semua baru belajar saat di sini dadakan semua. Tapi bagus kok, itu lihat, tampak rapi," kata Martin, Guru SDN 7 Taman Agung saat mendampingi.
Ke depan, usai festival, dia ingin dukungan penambahan ekstrakulikuler di bidang batik dan kerajinan lain untuk Anak-anak SD. "Ke depan ingin bikin ekstrakulikuler batik. Soalnya di Desa Taman Agung juga banyak pembatik," jelasnya.
Perkuat Regenerasi Tenaga Terampil
Sementara itu, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas di hadapan guru, perajin UMKM, dan perangkat Desa Tampo menyampaikan, jiwa entrepreneur harus dibangun sejak dini untuk memperkuat tenaga terampil jangka panjang di Banyuwangi.
"Beberapa hari lalu saat ketemu presiden, dana desa harus dikerjakan optimal, entrepreneur dibangun sejak dini, karena sekarang harus ada inovasi. Sekelas perusahaan besar, kalau tidak ada inovasi akan kolaps, apalagi yang skala UMKM," kata Anas.
Menurutnya, pasar batik masih sangat dibutuhkan seiring pertumbuhan pariwisata di Banyuwangi. Terutama tenaga terampil untuk mencanting di Banyuwangi sangat dibutuhkan.
"Target kami, sejak SMA sudah punya bakat kegiatan enterpreneur. Basis keterampilan harus didorong sejak di sekolah. Saat ini sanggar-sanggar kekurangan pembatik, pasar sudah ada. Selama pariwisata tumbuh, batik etnik akan selalu dibutuhkan," jelasnya.
Dari Festival Canting Sewu, Anas meminta agar tidak hanya seremonial. Setelah acara, katanya, harus ada pelatihan-pelatihan rutin di desa. "Anak-anak yang terpilih dilatih kembali intensif di balai desa. Saya akan cek lagi Januari, untuk tindak lanjut," ujarnya.
Bila memang serius, Anas berjanji akan mendatangkan pelatih batik profesional ke Desa Tampo. Sekaligus bekerjasama dengan perbankan untuk kegiatan workshop enterpreneur. "Apalagi saya suruh tandatangan Tugu Canting Desa Tampo, harus ada program pelatihan rutin di sini untuk melahirkan ratusan pembatik baru," katanya.
Kepala Desa Tampo, Suparno menambahkan, di desanya saat ini terdapat 6 UMKM batik yang sudah menembus pasar lokal, regional, nasional hingga mancanegara. "Di Tampo ini ada 6, usaha skala menengah, kecil. Ada yang sejak tahun 80-an. Batik tulis, cap lebih banyak. Kami inginkan di sini bisa jadi sentra, dan serius mendidik regenerasi," katanya.