1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Ikut Festival Perahu Layar, 70 nelayan berlomba seberangi Selat Bali

"Lewat Even Lomba Perahu Layar ini sebagai cara untuk mempererat tali persaudaran di antara sesama nelayan," ujar Ketua Nelayan Bulusan, Sujarno.

Festival Perahu Layar di Banyuwangi. ©2016 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Kamis, 01 Desember 2016 10:44

Merdeka.com, Banyuwangi - Puluhan nelayan Kelurahan Bulusan, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi, usai menggelar tradisi Rabu Pungkasan, berlomba menyeberangi Selat Bali menggunakan perahu layar.

Lomba perahu layar yang sudah berlangsung sejak tahun 2000-an ini merupakan rangkaian hiburan usai tradisi Petik Laut Rabu Pungkasan oleh warga Bulusan.

Untuk mengenalkan kearifan lokal, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, pada tahun ini memasukkan tradisi nelayan tersebut dalam rangkaian Banyuwangi Festival.

Acara dimulai dengan melarung sesaji hasil bumi ke laut, untuk momentum ritual Petik Laut Rabu Pungkasan. Baru kemudian digelar lomba perahu layar menyeberangi Selat Bali. Dimulai dari Pantai Waru Doyong, Bulusan dan berakhir di tepi Gilimanuk, Bali.

"Pesertanya sebanyak 70 orang. Semua merupakan nelayan pancing Banyuwangi dan Bali yang sama-sama mencari ikan di Selat Bali. Jadi lewat Even Lomba Perahu Layar ini sebagai cara untuk mempererat tali persaudaraan di antara sesama nelayan," ujar Ketua Nelayan Bulusan, Sujarno, kepada Merdeka Banyuwangi, Rabu (30/11).

Sujarno menjelaskan, tradisi dan lomba ini, dilakukan setiap tahun. Tepatnya pada hari Rabu akhir bulan Shafar (Jawa). Pada hari tersebut, diyakini sebagai turunnya 320 bala atau bencana. Warga Bulusan, kemudian melaksanakan tradisi petik laut untuk mengungkapkan rasa syukur dan memohon keselamatan kepada Tuhan.

"Memohon agar di hari-hari berikutnya hasil laut dan bumi masih dapat dinikmati serta terhindar dari segala macam bala bencana," katanya.

Sujarno melanjutkan, Beberapa kriterian dalam lomba perahu layar yang harus dipenuhi peserta antara lain, perahu tidak boleh menggunakan mesin. Kemudian hanya menggunakan layar dengan ketinggian 7,3 meter. Saat lomba dimulai, peserta yang sudah sampai di Pantai Gilimanuk, juga harus segera kembali ke Pantai Waru Doyong.

"Jarak tempuhnya kira-kira 8 mil. Siapa yang paling cepat sampai kembali di Pantai Waru Doyong dia yang akan jadi pemenangnya dan berhak atas piala bergilir dan hadiah uang tunai," papar Sujarno.

Salah satu peserta Festival Perahu Layar, Sutrisno (48), mengaku antusias bisa mengikuti event ini. Setiap tahun, dia rela libur mencari ikan, karena tidak mau melewatkan mengikuti lomba perahu layar.

"Kegiatan ini jadi hiburan buat kami nelayan. Lebih baik libur dulu mencari ikannya dan ikut lomba ini, refreshing," ujar Sutrisno.

Belum lagi, kata Sutrisno, lomba perahu layar bisa menjadi ruang silaturahmi antar nelayan. Bila pada hari biasa para nelayan dari Banyuwangi maupun Bali, jarang ada interaksi karena masing-masing sibuk bekerja mencari ikan.

"Ya kalau di laut biasanya cuma saling melambaikan tangan aja, kalau di sini kan bisa ketemu salaman dan saling ngobrol," ujarnya.

Peserta lain yang selalu rutin ikut serta yakni Matrasul (39), nelayan asa Gilimanuk, Bali ini merupakan pemegang juara lomba perahu layar tahun kemarin. Kali ini, dia masih optimis bisa kembali menang.

"Saya akan berusaha yang terbaik untuk bisa menang lagi. Yang paling penting tahu triknya, seperti tahu arah angin dan arah arus air agar perahu bisa melaju cepat dan tidak hanyut. Kecepatan mendayung juga jadi kunci memenangkan lomba ini," kata Matrasul.

Sementara itu Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, mengatakan pemerintah daerah mengangkat tradisi masyarakat nelayan Bulusan ke dalam Banyuwangi Festival sebagai cara untuk mempromosikan potensi desa-desa di Banyuwangi.

"Desa kini telah menjadi frontline pembangunan daerah, maka segenap potensi yang mampu memajukan desa akan kita promosikan. Tadisi nelayan Bulusan ini sangat unik dan menjanjikan untuk dapat menarik wisatawan," ujar Anas.

(MT/MUA)
  1. Info Banyuwangi
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA