Ini menjadi etape neraka karena kecuraman dan ketinggian yang butuh tenaga dan konsentrasi tinggi.
Merdeka.com, Banyuwangi - Para climber Indonesia yakin mampu menyingkirkan para pembalap asing di Gunung Ijen, termasuk sang juara bertahan Internasional Tour de Banyuwangi Ijen (ITdBI), Peter Pouly asal Perancis. Etape empat ITdBI 2016 diklaim sebagai medan neraka bagi pembalap. Etape dimulai dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Muncar, Kecamatan Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu (14/5).
Beberapa nama pembalap Tanah Air yang ikut berebut gelar juara umum di puncak Gunung Ijen berketinggian 2.799 meter dari permukaan laut (mdpl) antara lain; Aiman Cahyadi dari Pegasus Continental Cycling Team, Hari Fitrianto (Black Inc Cycling Team), dan Dadi Suryadi pembalap Indonesia yang memperkuat Terengganu Cycling Team, Malaysia.
Menurut Aiman Cahyadi, absennya para pembalap Iran menjadikan ITdBI tahun ini lebih kompetitif. "Biasanya, jika pembalap asal Timur Tengah itu turun, pasti mendominasi balapan. Bahkan, peloton selalu dikendalikan. Tujuannya, mereka bisa dominan di tanjakan," kata Aiman.
Hari Fitrianto juga mengaku, tanpa Iran, pertandingan lebih terbuka. Dia juga mengaku menjagokan Dadi Suryadi bisa menyingkirkan kandidat kuat juara, Peter Pouly asal Singha Infinite Cycling Team, Singapura. "Saya kira Dadi adalah yang terbaik saat ini. Tapi, saya juga ingin menargetkan menang," tandasnya.
Sementara sang juara bertahan Peter Pouly juga sesumbar tak mau melepas gelar juaranya pada siapapun. Meski mengakui ITdBI tahun ini lebih kompetitif dengan absennya Iran, dia bakal terus memburu kemenangannya kali ketiganya di Gunung Ijen.
Pouly menyebut nama-nama pembalap yang perlu diwaspadai adalah Daniel Whitehouse (Terengganu Cycling Team), Ricardo Garcia (Kinan Cycling Team), Benjamin Prades (Team UKYO), dan Suleiman Kangangi (Kenya Riders Downunder).
"Saya lihat mereka saat kami bersama-sama melarikan diri dari peloton di Kalibendo pada etape kedua ITdBI. Saya kira pertarungan kami selanjutnya adalah di etape ini, di Ijen," ucap Pouly.
Tingkat kesulitan tinggi
Rute etape pamungkas ITdBI terakhir memiliki tingkat kesulitan lebih di banding tanjakan di Genting Highlands, Le Tour de Langkawi (LTdL), Malaysia.
Ini diakui pembalap dari 7 Eleven-Sava RBP Filipina, Edgar Nohales Nieto. Menurutnya, ITdBI termasuk kompetisi terberat di level Asia. "Di sini (ITdBI) kamu akan menanjak sekali, dua kali, tiga kali dan kamu mulai lelah," kata Nieto sebelum mulai balapannya.
Untuk kecuramannya tak berhenti dan terus bertambah. "Kecuramannya terus bertambah sampai kamu benar-benar frustasi dan tak tahu apa yang harus kamu lakukan," sambungnya.
Medan di ITdBI, memiliki kemiringan sangat curam, mencapai 22 persen. Elevasi (ketinggian tanjakan) mencapai 1.889 meter. "Bandingkan dengan Genting Highlands yang hanya sekitar 1.660 meter hingga 1.740 meter," katanya.