1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Ini cara kreatif Chie Chie menyambung hidup di Banyuwangi

Selama 15 tahun Chie Chie tinggal di Flores. Kini dia memilih pulang dan memulai usaha di Banyuwangi.

Chie Chie. ©2016 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Senin, 25 April 2016 15:28

Merdeka.com, Banyuwangi - Chie Chie (37) sudah 15 tahun tinggal di Maumere, Flores bersama suaminya. Warga asli Banyuwangi ini nyaris lupa dengan denah kota kelahirannya sendiri. Baru pada 2015, Chie Chie dan suaminya, Dewa, memutuskan kembali ke Banyuwangi. Awalnya sempat kebingungan bekerja apa. Namun dari kreativitas, sekarang Chie Chie sudah kewalahan melayani pesanan membuat barang kreatif.

"Di Flores, Bapaknya punya konter, ada warnet. Aku di bidang kuliner. Di situ buka warung makanan. Semakin ramai, persaingan juga banyak. Terus orangtua sama-sama tua akhirnya pulang," ujarnya kepada Merdeka Banyuwangi beberapa hari lalu di rumahnya, Desa Bakungan, Kecamatan Glagah.

Sesampai di Banyuwangi, pasangan suami istri ini sempat kebingungan. Akan bekerja apa. Namun keduanya cukup mengandalkan kreativitas. Akibat mata sudah mulai plus, Dewa memutuskan beralih profesi dari teknisi HP ke programer. "Merintis buat website kecil-kecilan. Dari website berjalan. Ya sudah," ujar Dewa menanggapi.

"Aku sendiri, bikin bunga dari kresek, sedotan. Dan ternyata kok bisa. Jalan akhirnya. Terus buat gelang dari tali. Anak saya kan SMP. Katanya tak bawa ke sekolahan ya, akhirnya laku," kata Chie Chie. Dia sendiri mengaku tidak suka menganggur. Harus ada yang dikerjakan.

Chie Chie lantas coba membuat produk kreatif lain seperti tas, bros, dengan hasil jahitan tangan. "Akhirnya orang tanya-tanya, kok unik tasnya. Nyebar dari mulut ke mulut," katanya. Melihat kesibukan istrinya, Dewa membelikan sebuah mesin jahit. Bahan yang digunakan juga unik. Dari benang, resleting, kain flanel, spanbom, bekas bungkus kopi. Hampir semua produknya hasil anyaman.

"Prosesnya dari lembaran. Kita gunting, kita jahit baru dipotong-potong. Distaplesi kemudian dianyam. Kreasi tergantung otak kita berputar. Saya otodidak, enggak pernah ikut pelatihan," paparnya.

Setelah mulai ramai orang memesan, Chie Chie coba meng-upload di jejaring sosial. Hasilnya, banyak dari luar kota seperti Surabaya, Yogya, Kediri, Jember memesan karya tangan Chie Chie. Soal harga khususnya tas, dia menyesuaikan pesanan pelanggannya. "Soal harga tas enggak bisa matok. Soalnya sesuai ukuran pemesanan, warna ukuran. Yang paten itu kotak pensil, Rp 35-40 ribu. Dompet kecil itu ada yang Rp 15, 20 dan 25 ribu."

"Ya Alhamdulillah, dalam satu bulan ada Rp 2-3 juta masuk. Soalnya yang pesen kemarin tas besar-besar itu. Rp 250 ada yang 150 ribu," terang Chie Chie. Semakin banyak pesanan, Chie Chie saat ini mengaku kewalahan. Sebab semua dikerjakannya sendiri. Kecuali, kata dia, bila ada bagian jahit sendiri, ada yang motong atau menganyam, baru bisa menerima banyak pesanan.

Melihat hasil karya Chie Chie yang unik, salah satu ketua Perkumpulan Wanita Wirausaha Banyuwangi mendatangi rumahnya. "Sempat dipinjem buat pameran di Boom. Saya juga anggotanya, ketuanya yang ke sini. Dia tertarik lihat-lihat produk saya. Terus pengen tahu proses. Dia tanya, dapat pelatihan di mana? Saya enggak pernah ikut pelatihan Bu. Aku otodidak semua," ujarnya menirukan pembicaraan waktu itu.

Bulan Juli mendatang, karya kreatif Chie Chie juga kembali dilamar untuk pameran di Surabaya. "Katanya meski saya enggak ikut tidak apa apa. Yang penting barang saya ada. Katanya ini unik dan belum ada," terangnya.

(MT/MUA)
  1. Info Banyuwangi
  2. Info Kota
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA