Saat berkunjung ke Posyandu Sawo di Kelurahan Taman Baru, mereka tampak menyimak dengan baik saat diberi penjelasan prosedur pelayanan posyandu.
Merdeka.com, Banyuwangi - Pelayanan publik Banyuwangi kini mulai menjadi jujugan studi komparasi internasional. Sebanyak 38 mahasiswa asal Amerika Serikat mengunjungi Banyuwangi untuk melihat dari dekat pelayanan kesehatan selama dua hari.
Puluhan mahasiswa dari Universitas Rhode Island AS yang tergabung dalam program Global Health Study Program yang digelar oleh Indonesia Education Partnership mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan yang berbasis masyarakat, yakni pos pelayanan terpadu (Posyandu) dan Puskesmas Sobo di Banyuwangi. Mereka berasal dari empat fakultas, yakni Fakultas Keperawatan, Kesehatan Masyarakat, Farmasi dan Ilmu Politik.
Founder and Managing Director Indonesia Education Partnership, Brook Williams Ross mengatakan global health trip ini dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan pelayanan kesehatan masyarakat di wilayah yang dikunjungi. Terutama bagaimana penyedia layanan kesehatan yang dilakukan pemerintah bisa bekerja bersama dengan masyarakat sekitar.
“Lewat program ini kami belajar tentang pelayanan kesehatan yang telah dilakukan oleh negara-negara di dunia, dampak yang dirasakan oleh masyarakat, dan bagaimana warga dan fasilitas pelayanan kesehatan bersama-sama meningkatkan derajat kesehatan,” jelas Brook saat mengunjungi lokasi posyandu yang digelar di balai pertemuan warga Kelurahan Taman Baru, Banyuwangi, Selasa (10/1).
Mengapa Banyuwangi? Sebagai kota yang terus berkembang, Brook menilai Banyuwangi punya komitmen kuat untuk mewujudkan kesehatan masyarakatnya. Dicontohkannya pelaksanaan posyandu. Menurut dia, posyandu yang merupakan salah satu program tiap puskesmas di Banyuwangi berhasil mengajak warga untuk bersama mewujudkan kesehatan masyarakat, khususnya ibu dan anak.
“Kami sangat tertarik dengan posyandu, bagaimana masyarakat bisa saling kerja sama. Mulai dari petugas kesehatan puskesmas, bidan yang suport kesehatan ibu dan bayi untuk mencegah kematian pada ibu dan anak serta masyarakat yang aktif terlibat di dalamnya. Mulai dari menyediakan tempat serta ibu dan anak yang aktif hadir di sana,” kata Brook.
Brook pun menyatakan apresiasinya bagaimana pelayanan kesehatan yang dilakukan di posyandu. Selain jadwalnya yang rutin, pelayanan untuk balitanya juga bagus. “Di posyandu ini selain balita ditimbang dan dicek kesehatannya, mereka juga diberi makanan sehat. Bahkan agar balita nyaman, mereka juga diberi fasilitas berbagai permainan sembari menunggu antrean periksa. Ini kami menyebutnya ‘good serving for the children’,” ujar Brook.
“Di tempat kami tidak ada posyandu. Ibu dan balita langsung pergi ke klinik, pusat-pusat kesehatan atau rumah sakit untuk mendapatkan imunisasi. Berbeda dengan di sini, imunisasi bisa diakses di posyandu yang banyak dilaksanakan di lingkungan warga dengan jadwal yang sudah ditentukan. Karena itu kami belajar apa yang di negara kami tidak diterapkan,” ujar dia.
Hal yang sama juga diungkapkan salah satu peserta program, Shannon Mac Ayeal. Warga AS yang membutuhkan layanan kesehatan ibu dan anak harus datang ke dokter atau pusat-pusat kesehatan. “Sementara di sini sangat terstruktur dan rapi, awesome. Honestly, it’s really amazing,” puji Shannon yang merupakan mahasiswa Fakultas Keperawatan Rhode Island University ini.
Studi komparasi para mahasiswa asal negara Paman Sam ini terbagi menjadi dua tim. Selain mengunjungi posyandu di Kelurahan Taman Baru, satu tim lain mengunjungi posyandu yang ada di Kelurahan Kalirejo, Banyuwangi.
Saat berkunjung ke Posyandu Sawo di Kelurahan Taman Baru, mereka tampak menyimak dengan baik saat diberi penjelasan prosedur pelayanan posyandu oleh bidan yang bertugas. Sesekali para mahasiswa ini juga mengajukan pertanyaan. Menariknya saat melihat bayi yang tengah diimunisasi, para mahasiswa itu terlihat gemas dan meminta untuk menggendong sang bayi secara bergantian.
Usai melihat pelaksanaan posyandu, mereka berkumpul di Puskesmas Sobo untuk melihat pelayanan kesehatan yang dilakukan puskesmas. “Kami juga ingin tahu permasalahan kesehatan yang dialami warga kota di Banyuwangi,” ujar Brook.
Sehari sebelumnya, mereka juga mengunjungi Puskesmas Licin untuk melihat bagaimana puskesmas di sana melayani kesehatan para penambang yang memiliki resiko sakit. “Habis mendaki Ijen dan melihat bagaimana kerja para penambang, kami juga ingin melihat bagaimana pelayanan kesehatan terdekat dengan Gunung Ijen ini,” jelas Michelle Palmer, salah seorang profesor Fakultas Keperawatan yang turut mendampingi mahasiswanya.
Para mahasiswa ini menjalani Global Health Study Program di Indonesia selama 2,5 minggu. Selain Banyuwangi, mereka juga mengunjungi Bali dan Yogyakarta. Di Bali mereka belajar tentang penanganan penyakit stroke dan teknik pijat. Sementara di Yogyakarta, mereka khusus mempelajari farmasi, termasuk di dalamnya tentang jamu.