1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Mantu Kucing ritual unik warga Grajagan minta air hujan

Selama diarak, dua mempelai kucing diantar oleh puluhan masyarakat dengan iringan musik tradisional dan tarian jaranan.

Ritual Mantu Kucing. ©2016 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Jum'at, 11 November 2016 15:45

Merdeka.com, Banyuwangi - Ada ritual unik yang dilakukan Masyarakat Desa Grajagan, Kabupaten Banyuwangi. Untuk meminta hujan, warga Desa Grajakan mengadakan ritual Mantu Kucing. Ritual ini diadakan setiap Bulan November dan sudah berlangsung turun-temurun sejak puluhan tahun lalu.

Dalam melaksanakan ritual, warga menyiapkan dua kucing jantan dan betina untuk dinikahkan. Sepasang kucing ini kemudian digendong oleh dua warga untuk diarak menyusuri desa, lahan pertanian sampai menuju sumber mata air bernama Umbul Sari.

Sepasang kucing yang dinikahkan, diberi nama Slamet untuk pejantan. Sedangkan mempelai kucing betina diberi nama Rahayu. Kucing Slamet berwarna hitam dan si manis kucing Rahayu berwarna kecoklatan.

Kepala Desa Grajagan, Supriyono mengatakan, dua nama Slamet dan Rahayu bila digabungkan menjadi sebuah doa agar masyarakat diberi keselamatan. "Jika digabungkan Slamet Rahayu adalah sebuah doa agar masyarakat sini di beri keselamatan," ujar Supriyono kepada Merdeka Banyuwangi, Kamis (10/11).

Selama diarak, dua mempelai kucing diantar oleh puluhan masyarakat dengan iringan musik tradisional dan tarian jaranan. Tidak ada syarat khusus untuk kucing yang 'dinikahkan'. Semua kucing bisa digunakan asalkan berasal dari dua tempat yang berbeda. Satu berasal dari sisi utara desa, satu lagi dari selatan desa.

Ritual Mantu Kucing telah puluhan tahun dilakukan warga Grajagan
© 2016 merdeka.com/Mohammad Ulil Albab

Puncaknya, setelah diarak dan sampai di sumber mata air Umbul Sari, beberapa doa dirapalkan. Kemudian sepasang kucing dilepaskan ke kubangan mata air. Kubangan sumber mata air yang sudah digunakan sepasang kucing untuk mandi, selanjutnya digunakan untuk menyiram tanah di sekitar. Termasuk disiramkan ke warga yang datang.

Setelah sepasang kucing basah, dua predator tikus ini kemudian dilepaskan kembali. Dilanjutkan dengan menyiramkan minuman tradisional dawet di area sumber. Baru kemudian menggelar acara makan bersama di sekitar sumber. "Sumber mata air ini tidak pernah kering meskipun kemarau panjang," ujar Supriyono.

Sementara itu, sesepuh Desa Grajagan, Martoyo bercerita ritual mantu kucing pertama kali dilakukan sejak tahun 1930. Saat itu sedang terjadi musibah kemarau panjang. Kepala desa kemudian mendapatkan wangsit agar menggelar mantu kucing dan tarian jaranan agar kemarau panjang bisa segera diguyur hujan.
Menurut kepercayaan leluhur kucing yang relatif takut dengan kubangan air, bila dimandikan akan menjadi simbol doa agar bisa diberi air yang melimpah. Sehingga kucing yang takut dengan air saja bisa basah.

"Setelah diadakan mandi kucing dan jaranan hujan turun dan kemarau berakhir," jelas Martoyo. Dari situ ritual Mantu Kucing selalu diselenggarakan tiap tahunnya hingga sekarang.

"Terus kami lesatrikan hingga sekarang dan tidak pernah sekalipun kami tinggalkan. Meski diselenggerakan dengan sederhana seperti sekarang," ujarnya.

(FF/MUA)
  1. Info Banyuwangi
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA