1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Melihat warga binaan Lapas Banyuwangi, tempa diri dengan kreativitas

Sudah 17 bulan menjalani status warga binaan, Sunarto memang sengaja ingin menempa dirinya bisa memiliki kreativitas membatik.

Warga binaan di Banyuwangi. ©2018 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Jum'at, 12 Oktober 2018 16:24

Merdeka.com, Banyuwangi - Belasan tahanan dan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II B Kabupaten Banyuwangi sedang sibuk menempa dirinya membuat beragam kerajinan mulai membatik, melukis, mebel, menjahit hingga mengukir. Hasil karya warga binaan tersebut berhasil menembus pasar domestik hingga ekspor.

Sunarto (44) narapidana kasus narkoba di Lapas Banyuwangi terlihat sibuk mewarnai batik motif gajah uling yang sudah selesai dicanting malam. Sudah 17 bulan menjalani status warga binaan, Sunarto memang sengaja ingin menempa dirinya bisa memiliki kreativitas membatik.

"Saya dulu seorang nelayan, dan tersandung kasus sabu-sabu, saya ingin setelah keluar dari penjara nanti dan kembali ke masyarakat bisa kembali jadi nelayan, dan bila punya modal ingin membuat usaha kerajinan batik di desa," ujar Sunarto saat ditemui di Lapas Banyuwangi, Jumat (12/10).

Sunarto, sudah jadi nelayan sejak tahun 1980-an di pesisir Pancer. Urusan mewarnai batik, dia ambil dari pengalaman saat memiliki dua perahu yang rutin dirawat dan diwarnai.

"Perahu saya di Pancer dulu saya warnai, jadi punya pengalaman. Pewarnaan merah itu cocoknya dengan biru, atau kuning warna netral hitam putih, jadi biar seimbang. Yang belum bisa belajar nyanting," terang bapak dua anak ini.

Sunarto juga memendam cita-cita ingin mengajari generasi muda di desanya untuk aktif membuat karya batik, dan mengisahkan pengalamannya agar terjebak dalam bahaya narkoba. Sunarto terlibat kasus narkoba pada awal 2017 dengan masa tahanan 4 tahun penjara.

"Saya anggap pelajaran membatik ini peluang rejeki yang tertunda. Saya tetap ingin jadi nelayan dan mendidik pemuda di desa nanti," tambahnya.

Hasil kerajinan batik warga binaan, memiliki ciri khas. Motif gajah uling ditambah simbol seperti borgol‎. "Simbol borgol jadi ekspresi meski di penjara, kita masih bisa tetap berkarya dan menunjukkan kemampuan kami," kata Herman, narapidana kasus narkoba yang sambil membatik.

Surya Dalianta, narapidana Lapas, memilih belajar budidaya perikanan. Sebelumnya dia memang sudah memiliki pengetahuan di bidang budidaya perikanan lele, koi dan mujair sebelum akhirnya terjerat kasus perdagangan produk jamu ilegal.

"Pengetahuan budidaya ikan ini juga saya bagikan ke teman-teman di sini," katanya singkat.

Jam kerja para warga binaan berlangsung setiap hari dan berlangsung fleksibel, mulai pukul 08.00 pagi hingga 15.00 WIB. Surya, dipercaya menjadi tim kreatif para warga binaan di bidang kemandirian.

"Total kegiatan di sini kurang lebih ada 38. Nanti bila ada tahanan yang punya ide kreatif seperti yang baru bikin susu kedelai saya sampaikan juga ke kepala (Kalapas), kalau untuk kegiatan positif pasti difasilitasi. Kami menyebutnya ini seperti perkampungan kreatif, bukan penjara," katanya.

Kepala sub bagian kegiatan kerja, Lapas Kelas II B Banyuwangi, Mujianto (52) mengatakan, saat ini terdapat 800 warga binaan dari 1000 lebih yang menghuni Lapas, aktif dalam kegiatan kemandirian mulai kerajinan, keterampilan, seni rupa, industri makanan, pertanian dan perikanan.

"Jadi saya ngobrol rutin dengan mereka, punya ketertarikan bidang kreativitas apa, saya tampung, saya sampaikan Kalapas (Kepala Lapas) untuk difasilitasi," kata Mujianto.

Mujianto kemudian menunjukkan sejumlah warga binaan di ruang kerja mebel dan menjahit yang sudah menembus pasar ekspor. "Ini mereka sedang bikin kerajinan talenan, ukir, pasarnya sudah ekspor ke Belanda, Singapura, Korea dan Jepang," jelasnya.

Dalam sehari, para warga binaan bisa membuat lebih dari 50 talenan. Laba dari hasil penjualan kerajinan dibagi 50 persen dengan Lapas. "Per biji labanya Rp 15.000, warga binaan dapat 50 persen, nanti tiap awal bulan mereka dibayar," terangnya.

Hampir 90 persen kata Mujianto, warga binaan mulanya tidak memiliki skil khusus, namun setelah di Lapas mereka mendapat pelatihan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Banyuwangi.

"Ini hampir semua tidak bisa apa-apa, setelah di sini bisa punya skill. Produk yang eskpor selain talenen ada piring kayu," katanya.

(MT/MUA)
  1. Info Banyuwangi
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA