1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Memupuk toleransi, begini aktivitas muslimah berhijab saat mengajar di SMA Katolik

"Biasanya pemimpin doa mengajak kawan-kawannya untuk berdoa menurut keyakinan masing-masing, " kata Tata.

Tata berjilbab bersama guru di SMA Katolik Banyuwangi. ©2018 Merdeka.com Reporter : Mohammad Taufik | Minggu, 21 Januari 2018 12:17

Merdeka.com, Banyuwangi - Berhijab tidak mengganggu aktifitas Martina Puspita (26) menyampaikan materi Bahasa Indonesia di SMA Katolik Hikmah Mandala Banyuwangi. Ketika dia mengucapkan 'assalamualaikum' sambil melangkahkan kaki ke dalam kelas, siswanya serempak menjawab 'waalaikum salam'.

SMAK tempat guru muda ini mengajar, 30 persen siswa beragama Katolik, Protestan 40 sampai 50 persen, sisanya adalah pemeluk agama lain. Di masing-masing kelas, Tata sapaan Martina Puspita, selalu menunjuk salah satu siswa secara bergantian untuk memimpin doa.

"Biasanya pemimpin doa mengajak kawan-kawannya untuk berdoa menurut keyakinan masing-masing, " kata Tata di Banyuwangi, Jumat (19/1).

Tata menceritakan dalam menghadapi siswanya, dia yang berhijab tidak pernah dibedakan dari guru lain. Di antara 27 guru lainnya yang mayoritas juga beragama Katolik, Tata juga mendapatkan sambutan yang hangat.

Dia mengatakan kenakalan siswanya hanyalah tingkah-tingkah remaja pada umumnya. Misalnya memetik mangga saat seharusnya melakukan praktikum. "Kalau dilarang berjilbab lebih baik (saya) mundur, tapi tidak pernah diminta (oleh pihak sekolah)," kata Tata lagi.

Sebenarnya saat mulai mengajar di SMAK, bukan kali pertama dia menginjakkan kaki di sekolah yang berlokasi di Jalan Agung Suprapto Banyuwangi itu. Ayah Tata yang bekerja sebagai sopir Keuskupan Malang di Banyuwangi, membuat dia kenal akrab dengan umat Katolik di Kota Banyuwangi.

Riwayat pendidikan Tata juga sangat Katolik, dari jenjang TK sampai SMA dilaluinya di sekolah Katolik Jalan Agung Suprapto Banyuwangi. Tata juga mendapatkan beasiswa kuliah FKIP Universitas Negeri Jember (Unej) dari Kepala Sekolah SMAK Hikmah Mandala Banyuwangi, Romo Tiburtius Catur Wibawa.

Kepada Merdeka Banyuwangi, Romo Catur sapaannya, mengatakan bahwa beasiswa untuk Tata dan 10 orang lainnya diambil dari kantong pribadinya. Sering juga didapat dari sumbangan jemaat dan kenalan-kenalannya.

"Saya dengar dia ingin jadi guru. Dari semua yang mendapatkan beasiswa 9 orang sudah lulus sarjana, 2 orang sedang kuliah," kata Romo Catur.

Dia juga mengatakan tidak ada masalah bila Tata mengajar dengan tetap mengenakan kerudung. Karena dalam menilai tenaga pengajar, dia hanya melihat kinerja dari masing-masing guru.

Tidak hanya Islam, ada juga guru di SMAK Katolik Mandala Hikmah yang beragama Hindu. Masalah gaya busana Tata yang berhijab juga tidak masalah baginya asalkan diatur rapih. "Yang penting mau kerja baik, kami enggak mau lihat (agamanya)," kata Romo Catur.

(MT/MT) Laporan: Ahmad Suudi
  1. Info Banyuwangi
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA