"Sisanya itu campur aduk. Seperti Kecamatan Genteng. Mataraman enggak ada (sisi historis). Banyak pendatang dari pesisir utara".
Merdeka.com, Banyuwangi - Kabupaten Banyuwangi memiliki bahasa daerah khas bernama Using. Namun beberapa wilayah seperti di Lingkungan Papring, Kelurahan Kalipuro, Kecamatan Kalipuro punya kebiasaan interaksi unik. Penggunaan Bahasa Madura dan Using saling berdampingan dan mendominasi.
Bila berkunjung ke sana, akan mudah menemui warga yang berbicara dengan bahasa Madura disambut dengan Bahasa Using atau sebaliknya. Menariknya, semua saling memahami perpaduan dua bahasa daerah yang digunakan.
Budayawan Banyuwangi, Hasnan Singodimayan (87) mengatakan, pemetaan bahasa daerah yang heterogen di Banyuwangi, dipetakan secara komunal. Dari 24 kecamatan di Banyuwangi, masyarakat berbahasa Madura sebagian besar tinggal di pesisir dan perkebunan seperti di Kecamatan Muncar, Glenmore, Kalibaru, dan Wongsorejo.
"Wongsorejo daerahnya gersang, kalau tidak kerja berat tidak akan menghasilkan jagung, kedua di Muncar banyak masyarakat Mandar, Bugis dan Madura," ujar Hasnan kepada Merdeka Banyuwangi, beberapa waktu lalu.
Kemudian masyarakat berbahasa Jawa Mataraman sebagian besar tinggal di Banyuwangi selatan seperti Kecamatan Tegaldlimo, Bangorejo, Tegalsari, Purwoharjo dan Pesanggaran.
Masyarakat berbahasa Using sendiri sebagian besar tinggal di 10 kecamatan, tersebar di kawasan kota hingga di sisi tengah ke selatan, seperti Kecamatan Kalipuro, Glagah, Licin, Kabat, Giri, Rogojampi, Songgon, Temuguruh, Srono, Cluring.
"Sisanya itu campur aduk. Seperti Kecamatan Genteng. Mataraman enggak ada (sisi historis). Banyak pendatang dari pesisir utara, seperti Surabaya. Jadi lebih heterogen. Di Kota Banyuwangi juga ada yang heterogen, tapi dilokalisir. Ada kampung Mandar, Arab, Melayu," terang Hasnan, yang sudah menerbitkan 7 novel, ulasan, dan ratusan cerpen yang sebagian besar berbahasa Using.
Saling-silang bahasa di Papring
Seperti yang disampaikan Hasnan, kawasan Kalipuro sebagian besar masyarakatnya berbahasa Using. Namun di sisi barat di sepanjang kawasan perkebunan dan perhutani KPH Banyuwangi Utara seperti di lingkungan Papring, Secang, Gombengsari, Bahasa Madura dan Using saling berdampingan.
"Boremma kaberre, mandher moge padhe sae nggih? (Gimana kabarnya, baik-baik kan?,” sapa salah seorang warga Papring, Kalipuro dengan bahasa Madura.
"Apik Kang, saiki isun arep mlaku megawe ulung ye, (baik, sekarang saya mau berangkat kerja dulu ya," tanggap Pairin (35) , warga sekitar Papring dengan Bahasa Using saat berinteraksi dengan warga sekitar, Rabu (5/9).
Pairin (35) tinggal di Papring bersama istrinya Khotimah (30) dengan interaksi bahasa yang berbeda. Pairin dominan berbicara Using, sementara Khotimah aktif berbicara bahasa Madura.
"Saya ngerti bahasa Madura setelah menikah dan tinggal di Papring, tapi saya lebih enak pakai bahasa Using, meski keluarga orang tua saya lebih ke Jawa Kulon (Mataraman). Saya mau bicara Jawa kulon di sini enggak ada lawannya di sini, jadi pakai Using. Kalau istri saya lebih condong pakai bahasa Madura,” terangnya saat ditemui di rumahnya.
Sementara istrinya, Khotimah (30) membenarkan lebih aktif berbahasa Madura, sejak kecil saat mondok di lingkungan berbahasa Madura.
"Kalau orang tua saya bahasanya Using. Saya lebih aktif berbahasa Madura setelah mondok di Secang. Tapi kalau anak saya, Firman, lebih senang pakai Bahasa Using," kata Khotimah. Selain itu, Abdul Hadi (47) bersama istrinya Nasiba (40) lebih aktif berbahasa Madura, namun keduanya juga saling memahami berbicara bahasa Using. Menariknya, mereka mendidik anak Bungsunya, Pendik, sejak dini dengan bahasa Using.
Bahasa Using
"Pendik kagok (kaku) kalau bicara Madura, kalem, jadi saya yang ngikut. Anak lebih cocok bicara Using saya yang ikut menyesuaikan. Kalau saya sendiri aktif berbahasa Madura, kalau dulu aktif berbahasa Using," kata Hadi.
Kepala Bidang Pusat Pengembangan dan Perlindungan, Badan Bahasa Jakarta, Ganjar Harimansyah menyampaikan, secara akademik, bahasa Using masih memiliki banyak kesamaan hingga 70 persen dengan Bahasa Jawa. Sementara untuk menjadi bahasa sendiri perlu upaya konsisten dari masyarakat Banyuwangi untuk memperkaya pembendaharaan bahasa.
"Sementara untuk jadi bahasa sendiri perlu ada perbedaan hingga 80 persen, sementara bahasa Using perbedaan dengan Jawa masih 30 persen," ujar Ganjar saat pelatihan membuat kamus di Banyuwangi, 13 September, 2018.
"Agar diakui oleh orang luar, akademisi, bukan hanya diri sendiri harus segera dibuat kamus. Penjaga penutur Using seperti angkatan Pak Hasnan (Budayawan tua di Banyuwangi) tinggal berapa? Ini harus dikumpulkan," tambahnya.
Sementara itu, pegiat budaya komunitas Sengker Kuwung Banyuwangi, Antariksawan Yusuf punya cara untuk melestarikan bahasa Using. Lewat komunitasnya, Yusuf sering membuat penulisan cerpen, puisi, novel dan jurnal berbahasa Using.
"Sejauh ini sudah ada 18 buku yang berbahasa Using yang ditulis warga Banyuwangi. Itu upaya kami untuk melestarikan Bahasa Using," terangnya.
Sengker Kuwung Banyuwangi, juga sering membuat pelatihan dan lomba karya sastra Using yang dimuat di media massa lokal Banyuwangi.
"Termasuk mengembangkan kamus bahasa Using yang sebelumnya sudah ada, disusun oleh Hasan Ali pada tahun 2002 lalu," katanya.