Pembangunan infrastruktur berupa landasan pacu menjadi lebar 45 meter dan panjangnya 2.500 meter dengan kekuatan menahan beban 56 PCN.
Merdeka.com, Banyuwangi - Setelah pembangunan infrastruktur untuk menyambut Annual Meeting IMF World Bank Oktober 2018 di Bali, Bandara Banyuwangi direncanakan melewati proses selanjutnya untuk bisa menerima penerbangan internasional.
Hal itu dijelaskan Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya yang tengah pulang kampung ke Banyuwangi, Jawa Timur untuk berlebaran. Dia mengatakan untuk melayani penerbangan internasional, Bandara Banyuwangi harus mampu menangani landing dan take off pesawat Boeing 737-800, yang mampu terbang ke China selama sekitar 8 jam di udara. Dengan pesawat jenis itu juga penerbangan ke negara-negara di Asean dan Australia bisa dilakukan.
Untuk itu tengah dilakukan pembangunan infrastruktur berupa landasan pacu menjadi lebar 45 meter dan panjangnya 2.500 meter dengan kekuatan menahan beban 56 PCN. Pembangunan yang ditargetkan siap pakai Oktober 2018 itu juga akan menghasilkan tempat parkir seluas 41 ribu meter persegi.
"2018 infrastruktur selesai, 2019 dilakukan penerbangan internasional pertama," kata Arief, Selasa (19/6).
Disamping itu, dia mengatakan telah menawarkan penggarapan rute penerbangan internasional di Banyuwangi pada dua maskapai penerbangan, yakni AirAsia dan Lino Air. Lion Air dipilih karena dianggap maskapai paling
kuat dalam penerbangan domestik, dan AirAsia memiliki jadwal penerbangan internasional terbanyak di Indonesia hingga saat ini.
Dia berharap dua maskapai penerbangan itu bekerjasama dengan PT Angkasa Pura II sebagai operator Bandara Banyuwangi dalam mewujudkan penerbangan internasional itu.
"Jadi dua maskapai itu yang kita harapkan bekerjasama dengan Angkasa Pura II untuk menjadikan Bandara Banyuwangi sebagai tourism airport atau tourism hub," kata dia.
Kesiapan AirAsia menggarap rute internasional di Bandara Banyuwangi dinyatakan Co-Founder AirAsia yang juga menjabat sebagai Komisaris PT AirAsia Indonesia Tbk, Datuk Kamarudin Meranun, saat meninjau Bandara
Banyuwangi, Kamis (19/4).
Dia mengatakan pihaknya menggunakan pesawat Airbus 320, yang harus bisa ditangani Bandara Banyuwangi bila ingin menggelar penerbangan langsung ke luar negeri. Selain itu, sebagaimana bandara internasional
lain, harus ada layanan Custom, Immigration dan Quarantine (CIQ).
"Kami ingin runway ini cukup panjang dan cukup padat untuk pesawat kita. Siap runway, siap infrasrtukturnya, siap menjadi bandara antar bangsa dengan CIQ-nya, insya allah, pasti kita akan terbang ke sini,"kata Kamarudin.
Sedangkan CEO Group AirAsia di Indonesia, Dendy Kurniawan, waktu itu juga mengatakan akan membicarakan lebih lanjut dengan AP II terkait pembukaan layanan CIQ di terminal internasional bandara.
"Kita membicarakan target bidang pariwisata. Tidak mungkin hanya mengandalkan (penerbangan ke) Bali dan Jakarta saja kan. Jadi ada 4 daerah yang akan kami lihat, yakni Silangit, Banyuwangi, Belitung dan Labuhan Bajo," katanya.