"Misalnya kalau di sektor wisata dan perhotelan, maka mereka juga bisa disiapkan menjadi GM hotel," kata Khofifah.
Merdeka.com, Banyuwangi - Remaja alumni pondok pesantren (Ponpes) di Banyuwangi, Jawa Timur, harus bisa berdikari dan mampu memanfaatkan potensi keanekaragaman lingkungannya. Para santri (putra-putri), tidak harus menjadi ustaz usai lulus dari mondok.
Untuk bisa mencapai target itu, Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parawansa mendorong percepatan diversifikasi profesi alumni pesantren, termasuk yang ada di Bumi Blambangan.
Hal ini diungkap Khofifah usai m‎enghadiri acara Haul 2016 Masyayikh Blokagung, Khotmil Ihya Ulumudin dan Tafsir Jalalain di Ponpes Darussalam, Blokagung, Banyuwangi, Senin sore (25/4) kemarin.
"Diversifikasi profesi yang saya maksud, kalau memang mereka (santri) di Aliyah atau SMA, maka para pimpinan pondok pesantren harus sudah membuat pemetaan terhadap para santrinya, supaya kelak bisa membangun dan menyejahterakan rakyat Indonesia," terang Khofifah.
Menteri yang sempat memberi bantuan sosial warga miskin Banyuwangi sebelum menghadiri acara di Ponpes Darussalam ini, mengatakan Jawa Timur memiliki sumber daya alam (SDA) luar biasa yang harus diinformasikan pada para alumni pesantren terkait diversifikasi profesi.
"Ini loh masa depanmu untuk bisa membangun kesejahteraan bangsamu, kesejahteraan rakyat, maka antara lain ilmu yang dibutuhkan adalah ilmu pertambangan, jika di Banyuwangi ini ada tambang emas. Mereka juga bisa jadi operator dari eksplorasi minyak dan mereka juga bisa jadi GM dari tambang emas," kata menteri yang juga Ketum PP Muslimat ini.
Dia melanjutkan, di Banyuwangi ini, banyak sektor wisata yang perlu dikembangkan. Jadi, para santri harus bisa menjadi pebisnis di sektor wisata. "Misalnya kalau di sektor wisata dan perhotelan, maka mereka juga bisa disiapkan menjadi GM hotel yang bisa world class coorporate," ujarnya.
Khofifah menegaskan, untuk mencapai target ini, ilmu pengetahuan di kalangan pesantren harus diperkaya lagi agar para santrinya memiliki ruang meneruskan masa depannya di pelbagai peluang kerja.
Sementara cara untuk mencapai diversifikasi profesi itu, masih kata dia, juga harus difasilitasi. "Caranya? Pemimpinan pesantren harus menginformasikan bagaimana mahasiswa yang disiapkan dari pesantren itu bisa mendapatkan bidik misi."
"Lalu program studinya apa? Kalau misalnya di Jawa Timur ini kaya sumber daya alamnya, maka fakultas pertambangan menjadi pilihan. Lalu cukupkah itu? Pasti tidak cukup. Maka harus ada juga fakultas ekonomi jurusan menajemen, finance, marketing. Ini supaya usaha ekonomi kreatif bisa produktif," ujarnya menandaskan.