"Telat membunyikan sirine saya belum pernah, tapi kalau telat memutar qira'ah dan solawat itu pernah," kata Oni.
Merdeka.com, Banyuwangi - Oni Saputra namanya. Lelaki 45 tahun, petugas operator Masjid Agung Baiturrahman (MAB), Banyuwangi. Seperti sore-sore sebelumnya, dia duduk di petak ruang sempit di sebelah pengimaman. Matanya bergantian menumbuk jam dinding dan jadwal imsakiyah di tangan. Sementara di depannya, ada rak amplifier dengan banyak tombol yang fungsinya berbeda-beda. Oni sedang menunggu Maghrib.
Salawat diputar setelah qiraah. Ketika matahari tenggelam di ufuk dan waktu maghrib tiba, tugas lelaki paruh baya tersebut adalah membunyikan sirine tanda waktu berbuka puasa telah tiba. Itulah tugas Oni setiap menjelang Maghrib saban Ramadan. Dia sudah 10 tahun ini menjadi operator masjid.
Sirine yang diputar terkoneksi langsung dengan Stasiun Radio MAB FM di frekuensi 107,7. Radio komunitas milik masjid ini kemudian memancarkan sinyalnya ke radio-radio komunitas milik masjid dan musala di seluruh wilayah Banyuwangi. Artinya, sirine ini bisa didengar langsung sampai ke pelosok Banyuwangi selama radio masjid memutar MAB FM.
Selain sirine berbuka, masjid kebanggaan warga Banyuwangi itu juga menyampaikan ajakan sahur lewat pengeras suara, kemudian syiar agama. Setiap program bisa didengar lewat radio MAB FM.
"Telat membunyikan sirine saya belum pernah, tapi kalau telat memutar qiraah dan salawat itu pernah. Sampai dikomplain sama tamir masjid dan musala yang tersambung ke kita," kata Oni pada Merdeka Banyuwangi, Rabu (6/6).
Tugas Oni memang bertambah padat setiap Ramadan. Selain membunyikan sirine berbuka puasa, dia juga harus menyalakan sound system salat wajib 5 waktu, juga saat tarawih, tadarus, ibadah menyambut Lailatu Qadar, pengajian rutin, hingga memutar MP3 pembangun sahur, serta menyalakan semua lampu penerangan masjid di sore hari.
Masjid sudah menjadi rumah kedua bagi Oni. Dia harus tidur di sana setiap hari demi menunaikan tanggung jawab membangunkan orang sahur. Pukul 1 dini hari dia mandi, salat tahajud, lalu memutar suara azan untuk membangunkan orang. Kemudian memutar salawat hingga waktu imsak tiba.
"Nggak berani saya tidur di rumah. Bisa kelewatan enggak ada yang memutar azan jam 2. Kalau tertidur di sini ada yang membangunkan nanti," katanya sambil mengatakan tiap bulan dia menerima bisyaroh sebagai tamir masjid.
Pagi hari jadi loper koran
Setelah melayani keperluan jamaah masjid, pagi hari sekitar pukul 06.00 WIB dia berangkat ambil koran lalu mengantarkannya ke 20 alamat pelanggan. Kemudian dia menjajakan 10 eksemplar di perempatan lampu merah Kelurahan Lateng. Dari menjual koran, Oni mendapatkan penghasilan sekitar Rp 25 ribu per hari.
Pekerjaan loper koran sudah ditekuni pria asal Pekalongan, Jawa Tengah, itu sejak sebelum menjadi operator MAB. Pendapatannya sebagian dikirimkan untuk nafkah 2 anaknya di Pekalongan yang hidup bersama ibu mereka yang sudah bercerai dengan Oni.
"Dulu loper koran sehari bisa laku 90 eksemplar. Sekarang 30 itu sudah ngotot jualnya. Belum dipotong beli bensin untuk keliling antar koran," kata pria yang sudah membangun rumah tangga lagi di Banyuwangi itu.
Oni mengaku sangat menikmati perannya menjadi operator masjid, dan tidak ada rasa bosan di hatinya. Setelah sekian lama membantu jamaah masjid beribadah, dia mendapatkan motor dari takmir dan jaminan makan di masjid.
Sebelum jadi operator, Oni merupakan pribadi yang rajin salat berjamaah. Menjadi operator membuatnya mengenal lebih banyak orang, dari jamaah, kiai hingga pekerja kesehatan yang membantu mengantarnya ke puskesmas saat sakit. "Senangnya, saya bisa kumpul sama jamaah rutin masjid Banyuwangi semua dan nyari barokah," katanya.
Imam rowatib zuhur dan ashar MAB, Kiai Ahmad Rifai S (46), mengatakan sulit mencari petugas yang telaten dan istiqomah seperti Oni. Dia menilai kerja Oni sangat bagus, karena disiplin dan memenuhi kebutuhan ibadah jamaah masjid.
Rifai mengatakan orang yang mengingatkan umat untuk beribadah, salat dan berpuasa, seperti Oni akan mendapatkan pahala yang besar. Apalagi pahala yang pertama kali dihitung di akhirat adalah pahala salat.
"Sangat sedikit sekali yang bisa seperti Pak Oni, buktinya belum ada penggantinya. Ini semua takdir Allah memberikan kemampuan berbeda pada masing-masing makhluk. Kalau kita jalankan belum tentu mampu, itulah yang keistimewaan Pak Oni, bisa Istiqomah dan tepat waktu," kata Rifai.
Direktur Vis Banyuwangi 101.5 FM, Syaiful Hisyam, mengaku diuntungkan dengan sirine buka dan imsak yang dibunyikan Oni karena praktis. Biasanya pihaknya memantau radio MAB sembari menyiarkan acara talk show. Bila sirine telah berbunyi, siaran mereka sambungkan dengan siaran radio MAB, sedangkan acara talk show dihentikan sejenak.
"Teman-teman yang memandu acara tidak harus sering-sering melihat jam. Jadi bisa lebih fokus pada acara media promo. Kalau radio masjid membunyikan sirine, acara tinggal dihentikan sejenak, kita naikkan sirine sampai azan," katanya.