Sejumlah seniman lokal dan mancanegara turut memeriahkan pentas seni di alam terbuka.
Merdeka.com, Banyuwangi - Pagelaran Masyarakat Kaki Gunung Berkarya (Makarya) yang berlangsung mulai tanggal 3 sampai 5 Februari, di Desa Sumberbulu, Kecamatan Songgon berlangsung dengan meriah. Penonton bisa melihat kolaborasi seni budaya seniman lokal dan mancanegara.
Kegiatan yang dilaksanakan secara swadaya ini memilih tempat pagelaran di area hutan pinus, sungai Badeng dan persawahan. Lokasi yang dingin dengan suasana alam kaki Gunung Raung, membuat penampilan seni budaya lokal masyarakat Songgon bisa nyaman disaksikan.
Berbagai pertunjukan seperti tari jaran goyang, gandrung, pencak silat, wayang osing, musik lesung dan berbagai kearifan lokal lain akan ditampilkan dalam waktu tiga hari.
Tidak hanya itu, ada juga penampilan dari seniman mancanegara yang berasal dari beragai negara, mulai Australia, Kanada, Inggris, Perancis, Belanda, Ceko, Korea, Croatia dan Amerika. Masing-masing musisi mancanegara tersebut akan berkolaborasi dengan seniman lokal dan mayarakat sekitar Songgon.
Tebo Aumbara, koreografer asal Bali mencoba mengedukasi warga sekitar untuk melakukan eksperimen pertunjukan seni sesuai tema alam di kaki Gunung Raung. Tari gandrung dan jaranan, akan dia arahkan untuk tampil di samping Sungai Badeng. Kemudian akan naik rafting, menari di atas gelombang air dan diiringi dengan musik lesung.
"Kolaborasi sungai sebagai penciptakan kreasi. Tari gandrung dan jaranan diajak masuk koreografi lingkungan," ujar Tebo kepada Merdeka Banyuwangi, Sabtu (4/2).
Pagelaran Makarya, merupakan inisiatif dari para pemuda Songgon yang tergabung dalam Komunitas Karo Adventure. Didukung oleh komunitas Hidora Merdeka, Japung Nusantara dan pemerintah Kecamatan Songgon.
Membangkitkan kembali nilai gotong-royong pagelaran Makarya yang melibatkan sembilan desa di Kecamatan Songgon, dimulai dari keinginan bersama agar nilai-nilai gotong royong antar masyarakat bisa tetap lestari.
Sebagai wilayah agraris, para petani di Kecamatan Songgon menyempatkan waktu untuk membuat satu acara bersama agar bisa menampilkan pertunjukan seni budaya. Mulai dari dekorasi dua pentas seni budaya di lahan seluas tiga hektare, menyiapkan konsumsi tamu, sampai penginapan selama berlangsunya acara dilakukan secara gotong royong.
"Ada 50 rumah warga yang bersedia menjadi tempat menginap dan itu gratis," kata Bachtiar Janan, penyelenggara dari Hidora Merdeka.
Tidak hanya warga Songgon, para seniman lokal dan mancanegara yang hadir juga sukarela tampil tanpa dibayar. "Semua sukarela, ini bentuk pengabdian seniman kepada masyarakat. Diharapkan membawa dampak yang positif," ujar Bachtiar.
Di sisi lain, Pemarkarsa Jaringan Kampung Nisantara (Japung), Redy Eko Prasetyo mengistilahkan sebagai hari raya kebudayaan kampung. Melalui Japung, seniman-seniman Indonesia dan mancanegara bisa dirangkul untuk membangkitkan kearifan lokal berbasis desa.
"Kami mengistilahkan hari raya kebudayaan kampung. Ruang untuk memantik budaya gotong royong selama ini banyak tergerus, dengan kesibukan persoalan material. Padahal banyak ruang yang bisa dilakukan di luar materi," ujar Redy yang juga akan memainkan alat musik dawai.
Sudarmono, Ketua Panitia Makarya berharap kegiatan ini bisa mengangkat seni-budaya di Kecamatan Songgon. Melihat tumbuhnya nilai gotong royong ini, ada beberapa kecamatan lain yang juga tertarik bergabung. "Ada yang dari Genteng, Kabat juga ingin gabung," kata Sudarmono.
Sementara itu, Camat Songgon Wagianto, memberi dukungan karena masyarakat mau bersama-sama membangkitkan nilai gotong royong. "Kami memberikan dukungan sepenuhnya, untuk menyadarkan kembali kearifan lokal. Seperti ruwatan yang sudah lama tidak ada. Kemudian wayang using (cerita osing dan tokohnya osing) asli sini dan tabuh lesung," ujarnya.