Perayaan Imlek ini juga sebagai penguatan bersama warga Tionghoa dalam membangun Banyuwangi.
Merdeka.com, Banyuwangi - Perayaan Tahun Baru Imlek yang ke 2568 di Banyuwangi berlangsung semarak. Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas bersama Wabup Yusuf Widiyatmoko pun turut hadir dalam acara yang dikemas dalam Malam Budaya Tionghoa, di halaman Gedung Seni Budaya (Gesibu), Rabu malam (25/1).
Mengenakan baju khas warna merah, ratusan warga keturunan Tionghoa dari berbagai wilayah berkumpul di sini. Mereka tampak bergembira dan bersuka cita menikmati malam yang juga dinamai malam budaya Tionghoa 2017. Lampion-lampion yang menjadi ciri khas perayaan Imlek semakin menambah semarak suasana di sepanjang jalan Diponegoro ini.
"Malam ini cukup meriah. Tak hanya kesenian etnis Tionghoa yang ditampilkan, namun kesenian lokal juga disuguhkan. Ini benar-benar wujud dari kebhinekaan di Banyuwangi," ujar Anas.
Meski di Banyuwangi banyak etnis, budaya dan agama, namun tidak pernah ada polemik. "Banyuwangi adalah daerah aman dan damai sehingga tidak pernah ada konflik antar umat beragama. Kondisi ini berkat kerja sama seluruh elemen masyarakat di bawah forum kerukunan antar umat beragama," ujarnya.
Bupati Anas juga mengatakan, perayaan Imlek ini juga sebagai penguatan bersama warga Tionghoa dalam membangun Banyuwangi. Kami minta warga Tionghoa juga turut membantu menyelesaikan permasalahan kemasyarakatan. Seperti problem siswa putus sekolah, warga miskin yang tidak punya rumah dan membantu anak yatim.
"Di Banyuwangi jumlah anak yang putus sekolah tercatat ada lima ribu lebih anak. Sekarang tersisa tinggal 93 anak yang belum teratasi. Pencapaian ini akan lebih hebat lagi jika warga Tionghoa ikut keroyokan terlibat bersama pemerintah," ujarnya.
Tak kalah penting, Anas menegaskan bahwa perayaan ini mengingatkan kita akan sosok Gus Dur yang merupakan tokoh Indonesia yang membuka ruang yang luas bagi warga Tionghoa di negara ini.
"Budaya Tionghoa pada masa beliau menjabat presiden diberi ruang yang luas. Beliau adalah tokoh sekaligus ulama yang menjunjung tinggi toleransi. Karena itu peringatan semacam ini, kita harus berterima kasih kepada almarhum," kata Anas.
Toleransi keberagaman itu pun, kental terasa dalam perayaan malam itu. Selain menampilkan kesenian barongsai dan liang liong khas Tionghoa, juga ditampilkan khas suku Using. Mulai dari musik pengiring angklung, tari pitik-pitikan hingga Barong Kemiren.
Sementara itu ketua paguyuban warga Tionghoa Banyuwangi, Pek Ing Gwan yang biasa disapa Indrawan mengaku sangat senang atas perayaan yang digagas pemkab ini.
"Tampilnya tari-tarian sebagai bentuk toleransi. Di setiap even hari besar, kami pun selalu melengkapi suguhan dengan mengangkat budaya lokal untuk tampil bersama. Semoga acara ini terus berlangsung, dan toleransi di sini bisa selalu terjaga," kata Indrawan.