Data BPS 2017 menunjukkan indeks minat baca di Indonesia sangat rendah, hanya sekitar 36,48 persen.
Merdeka.com, Banyuwangi - Perpustakaan Nasional (Perpusnas) bersama DPR dan pemerintah daerah mengadakan Safari Gerakan Nasional Pembudayaan Kegemaran Membaca di Provinsi dan Kabupaten/Kota Tahun 2018 di Kabupaten Banyuwangi, Selasa (8/5). Safari ini bertujuan meningkatkan indeks literasi masyarakat, termasuk Banyuwangi.
Bertempat di Pendopo Kabupaten, safari ini dihadiri Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Kepala Perpusnas RI yang diwakili Pustakawan Ahli Utama Syamsul Bahri, Anggota Komisi X DPR Anas Tahir, Kepala Seksi Kerja Sama Dinas Perpustakaan Kearsipan Provinsi Jawa Timur Melkion Donald, serta jajaran Pemkab Banyuwangi. Tak ketinggalan, kalangan pelajar dan akademisi juga turut hadir dalam kegiatan tersebut.
Pustakawan Ahli Utama, Syamsul Bahri, mengatakan data BPS 2017 menunjukkan indeks minat baca di Indonesia sangat rendah, hanya sekitar 36,48 persen. Sementara penggunaan gadget untuk membaca referensi juga masih di angka 3 persen. Oleh sebab itu, perpusnas menggelar safari untuk mengkampanyekan gerakan gemar membaca di seluruh provinsi dan daerah.
"Safari ini adalah upaya pemerintah pusat untuk membangkitkan lagi minat baca di Indonesia. Untuk pelaksanaanya, kami bekerjasama dengan dewan dan pemerintah provinsi sebagai motor penggerak di tingkat kabupaten/kota. Dalam safari ini, kita bisa saling sharing tentang cara-cara jitu untuk mendorong minat baca masyarakat khususnya pelajar,” ungkapnya.
Syamsul menambahkan, saat ini perpusnas telah melakukan banyak upaya untuk meningkatkan indeks literasi masyarakat. Seiring pesatnya kemajuan teknologi informasi, perpusnas tidak hanya menambah persediaan buku, tapi juga membuat konten-konten digital yang mudah diakses masyarakat. Diantaranya, e-booknas dan e-resource.
Dalam safari tersebut, Syamsul mendorong agar setiap daerah lebih kreatif menumbuhkan minat baca masyarakatnya. Salah satunya, secara fisik bangunan perpustakaan harus dibuat nyaman dengan perlengkapan IT yang memadahi. "Prinsipnya, bagaimana agar masyarakat menjadikan perpustakaan sebagai rumah kedua. Jadi harus nyaman. Kalau perlu sediakan kafé juga di sana," katanya.
Anggota Komisi X DPR Anas Tahir menambahkan, kebiasaan membaca buku memang sangat penting karena dapat memperkaya wawasan. "Buku adalah jendela dunia. Dengan membaca, kita bisa tahu banyak hal. Maka, kami bersama perpusnas keliling ke berbagai daerah untuk kampanye mengajak masyarakat khususnya pelajar gemar membaca buku, salah satunya ke Banyuwangi. Saya harap peningkatan indeks literasi di Banyuwangi bisa secepat perkembangan pariwisatanya," harap Tahir.
Sementara itu, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan tidak mudah meningkatkan minat baca di tengah digitalisasi seperti saat ini. Hal ini menjadi tantangan pemerintah pusat dan daerah, bagaimana menumbuhkan minat baca masyarakat. "Membaca bisa langsung pada buku atau melalui referensi berbasis online. Kita harus memberi stimulus pada dua hal itu,” kata Anas.
Banyuwangi sendiri, kata Anas, memiliki program Smart kampung yang bisa dikolaborasikan dengan perpusnas. Dengan smart kampung, desa-desa di Banyuwangi kini sudah terpasang fiber optic yang memungkinkan pelajar hingga pelosok desa bisa mengakses konten-konten digital perpusnas.
"Banyuwangi juga punya perpustakaan digital yang beralamat di http://dispusip.banyuwangikab.go.id. Selain juga ada e-book dan ruangguru.com yang berbasis desa sehingga pelajar desa bisa mengakses bimbel gratis dengan mudah,” ujarnya.
Tak hanya itu, Banyuwangi juga mendorong setiap kantor pemerintah maupun swasta untuk membuat pojok baca. Seperti di mal pelayanan publik dan kantor-kantor desa. "Ini juga upaya kami mendorong minat baca di ruang publik," ujarnya.
Selanjutnya, Anas juga memberikan masukan kepada perpusnas untuk mencari solusi kendala pemerataan distribusi buku ke daerah-daerah. "Selain memperbanyak mencetak buku, kami usul agar perpusnas menambah akses terhadap e-book sehingga banyak buku yang bisa diakses masyarakat di berbagai daerah, tidak hanya diperkotaan tapi hingga ke pedesaan. Otomatis kapasitas perpusnas juga harus ditambah sehingga jaringan tidak macet saat banyak yang mengakses. Saya kira ini adalah jembatan yang pas untuk menggenjot minat baca sebagai solusi distribusi yang kurang lancar,” katanya.