Tangani kemiskinan, Banyuwangi bangun jaringan serat optik di 41 desa

Merdeka.com, Banyuwangi - Pemerintah Kabupaten Banyuwangi akan menuntaskan pemasangan serat optik di 41 desa percontohan penerapan Smart Kampung dan Unit Gawat Darurat Penanganan Kemiskinan tahun ini. Saat ini pemerintah kabupaten baru saja bertemu dengan jajaran eksekutif senior Telkom dan langsung dilakukan berkoordinasi dengan tim dari Dishubkominfo di kantor Telkom di Jakarta.

"Kami buat jadwal per tanggal, per bulan. Maksimal awal Juni 2016 program Smart Kampung dan UGD Penanganan Kemiskinan sudah siap di desa-desa yang jadi pilot project," kata Bupati Banyuwangi,  Abdullah Azwar Anas, Rabu, (27/4) seperti dilansir dari Antara.

Ia menyatakan, pihaknya telah bertemu dengan jajaran Divisi Local Government Service PT Telkom untuk membicarakan detil program dan sinergi yang akan dilakukan bersama. Turut hadir dalam koordinasi tersebut Kepala Dishubkominfo Banyuwangi Suprayogi.

"Kalau tidak keroyokan bersama BUMN, percepatan pelayanan publik akan susah. Pararel dengan ini, tim dari PLN juga sudah berkunjung ke desa-desa yang masih terhambat akses listriknya dan Senin pekan depan BUMN perikanan juga datang untuk meningkatkan pemberdayaan ke pembudidaya ikan," ujar Anas.

Menurut dia, Smart Kampung sendiri adalah program pelayanan publik di desa yang berbasis teknologi informasi. Balai desa juga menjadi pusat aktivitas warga, baik untuk seni-budaya, kesehatan, maupun kegiatan ekonomi produktif.

"Selain itu, ada indikator lain dari Smart Kampung seperti ketersediaan dokter desa. Sudah ada 24 desa yang siap jadi pilot project, tapi kami ingin bisa lebih tahun ini, paling tidak di 41 desa," ujarnya.

Berbarengan dengan Smart Kampung, saat ini Banyuwangi menyiapkan program UGD Penanganan Kemiskinan. Dalam program ini semua masalah kemiskinan berat yang terkait dengan pendidikan dan kesehatan diselesaikan secara taktis namun sistematis serta terkoneksi dengan puskesmas dan rumah sakit. "Sebenarnya sekarang sudah jalan di WhatsApp Group, tapi kan sporadis. Harus sistematis. Nanti di desa percontohan ada dua petugas khusus. Satu menjadi operator Smart Kampung untuk pelayanan publik berbasis TI. Satu lagi untuk operator UGD Penanganan Kemiskinan yang tersambung ke server data kependudukan kami," kata Anas.

Saat ini ersama Telkom sedang dirumuskan langkah teknisnya, seperti bagaimana agar ini bisa berbasis nomor induk kependudukan (NIK) saja. Nantinya data besarnya ada di server kabupaten sehingga dari desa tinggal mengirim berbasis NIK.

Anas menambahkan, dengan ketersediaan infrastruktur serat optik lalu lintas data dari desa ke kabupaten bisa lebih cepat dan akan memudahkan masyarakat. Selain itu, penetrasi infrastruktur teknologi itu juga mempercepat transformasi pengetahuan bagi warga desa, seperti memudahkan pengelola desa untuk menambah referensi digital tentang pemberdayaan masyarakat.

Jaringan serat optik sendiri adalah media transmisi data yang lebih canggih dibanding kabel tembaga biasa. Jaringan tersebut selama ini lebih banyak dipakai pada instalasi jaringan menengah ke atas yang membutuhkan banyak kapasitas data, seperti perusahaan besar. "Infrastruktur teknologi ini jangan hanya di kota besar saja. Makanya di pilot project Smart Kampung kami masukkan juga desa-desa yang jauh, seperti desa yang ada di Purwoharjo, Pesanggaran, Wongsorejo, Glenmore, Siliragung, Muncar, dan beberapa lagi," kata Anas.

Ia menambahkan, dalam penyelesaian serat optik di 41 desa secara pararel tim Pemkab Banyuwangi dan Telkom melakukan survei di 176 desa dan kelurahan. Pada Perubahan APBD 2016 mendatang, tambahan alokasi dana desa (ADD) dari Pemkab Banyuwangi juga bakal dialokasikan untuk membeli bandwidth melalui Peraturan Bupati.

Untuk itu pihaknya menyiapkan Rp 10 juta satu desa per tahun. Ini di luar alokasi dana yang dikeluarkan sendiri oleh Pemkab Banyuwangi, yaitu sekitar Rp 2 miliar.

"Muaranya nanti kita punya dashboard yang isinya semua hal terkait Smart Kampung dan UGD Penanganan Kemiskinan. Ini akan menjadi kendali pengelolaan tiga hal kemiskinan yang berkaitan dengan masalah ekonomi, pendidikan, dan kesehatan. Kalau di kota besar dashboard-nya kan soal kemacetan, di Banyuwangi soal kemiskinan," ujar Anas.