Saat prosesi lepas-liar sepasang ikan hiu dilakukan, puluhan nelayan bersama wisatawan bersnorkeling sambil membentangkan bendera merah putih.
Merdeka.com, Banyuwangi - Tepat di hari kemerdekaan Republik Indonesia ke-72, sepasang ikan hiu yang diberi nama Mahardika dan Mahardini, dilepasliarkan ke laut lepas oleh Kelompok Nelayan Samudra Bakti Bangsring Underwater, Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi.
Mulanya, sepasang hiu tersebut terjebak di jaring tangkap nelayan dan membuat terluka. Para nelayan, kemudian merawat ikan hiu di keramba dengan memberi obat antiseptik secara bertahap, dan rutin diberi makan hingga sembuh.
"Kami rawat selama delapan bulan di keramba. Sekarang sudah sembuh dan kami lepaskan di hari kemerdekaan ini. Mereka kembali merdeka, kami beri nama, Mahardika dan Mahardini," terang Ikhwan Arief, Ketua Kelompok Nelayan Samudra Bakti, kepada Merdeka Banyuwangi, Kamis (17/8).
Ikhwan mengatakan, nelayan Bangsring sejak 2014 mulai melakukan penyelamatan ikan hiu dengan sistem keramba. Hingga saat ini, sudah ada 52 ikan hiu yang telah dilepas-liarkan, setelah dirawat hingga sembuh.
"Kalau sekarang yang masih dirawat ada 11 ekor. Kadang wisatawan juga bisa turut serta melepas kalau sudah ada yang sembuh. Biar ada proses edukasi," tambah Sukirno, Manager wisata Bangsring Underwater.
Saat prosesi lepas-liar sepasang ikan hiu bernama Mahardika dan Mahardini dilakukan, puluhan nelayan bersama wisatawan bersnorkeling sambil membentangkan bendera merah putih sepanjang 72 meter di zona konservasi seluas 15 hektar.
"Bendera kami bentangkan di laut, sebagai simbol ikan telah kembali hidup ke laut lepas dengan merdeka," terangnya.
Tidak hanya ikan hiu, para nelayan juga menyelamatkan penyu yang juga pernah terjebak di jaring. "Kalau penyu sudah ada 5 yang kami sembuhkan. Kalau pembesaran dan pelepasan tukik sudah ribuan," jelasnya.
Upaya konservasi yang konsisten dilakukan Kelompok Nelayan Samudera Bakti sejak 2008, membuat pantainya menjadi lokasi wisata yang diminati pencinta keindahan terumbu karang. Sebelumnya sejak tahun 1960-an para nelayan menangkap ikan hias dengan potasium, sehingga merusak karang.
"Tapi nelayan yang dulunya merusak karang, setelah sadar dan kompak, sekarang mereka yang menjaga dan menanam terumbu karang," ujarnya.