Forum kebangsaan yang coba dikenalkan kepada anak-anak, sudah dilakukan kali ketiga di Banyuwangi.
Merdeka.com, Banyuwangi - Ratusan pelajar mulai SD-SMA di Banyuwangi sedang mengikuti "Kemah Kebangsaan" selama tiga hari di Lingkungan Suko, Kelurahan Gombengsari, Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi. Dalam kesempatan tersebut, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas memantik rasa ingin tahu para pelajar agar belajar mengenal para the founding fathers bangsa Indonesia. Beberapa diantaranya mengenal Soekarno, Hatta, Sjahrir, Semaoen, Oemar Said Tjokroaminoto hingga para perumus nilai-nilai pancasila dalam sidang BPUPKI.
"Saya minta Anak-anak baca sejarah founding fathers kita. Bagaimana nasionalisme dibangunThe finding fathers kita, sehingga mempersatukan. Ini yang perlu dipelajari anak-anak," jelas Anas kepada para anak-anak dalam "Kemah Kebangsaan", Minggu (20/8).
Dari situ, Anas kemudian mengenalkan profil singkat bagaimana nilai-nilai pancasila dirumuskan hingga perlunya memaknai untuk diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sila pertama, tentang Ketuhanan, Anas mengenalkan indahnya keberagaman dan saling menghargai antar umat beragama. Dia kemudian memberi satu pertanyaan kepada para siswa.
"Coba Bung Karno waktu sekolah SMA tinggal di rumahnya siapa?" tanya Anas kepada para siswa.
"Oemar Said Cokroaminoto," salah satu anak menjawab. Anas kemudian melanjutkan, Soekarno sejak masa SMA sudah belajar tentang kebangsaan yang tidak lepas dari nilai ketuhanan.
"Anak-anak muda di sini bergabung. Meski berbeda agama, budaya, saat ini kita bersatu. Saya ingin Banyuwangi tetap menjadi tempat yang kondusif.
Toleran, menaungi yang minoritas," lanjutnya.
Dia melanjutkan, forum kebangsaan yang coba dikenalkan kepada anak-anak, sudah dilakukan kali ketiga di Banyuwangi. Baginya, rasa nasionalisme sangat penting tidak hanya dipelajari secara teori di dalam kelas, namun juga perlu praktek langsung di tengah masyarakat.
"Maka perlu ada event yang menjadi nyata. Berbicara tentang kebangsaan di Banyuwangi dalam praktek. Bukan dalam teori," terangnya.
Para peserta kemah kebangsaan yang berada di area wisata hutan KPH Banyuwangi Utara ini terdiri dari beragam elemen keagamaan dan etnis. Ada yang ormas kepemudaan agama Hindu, Budha, Islam, Kristen, Katolik, dan Konghucu.
"Sehingga ini menjadi embrio menyebarkan virus positif kepada mereka. Daerah bertugas menjahit, agar tidak muncul perbedaan, yang sebetulnya bukan masalah agama, tapi menyangkut agama. Saya sampaikan, keadilan ekonomi, politik, sosial itu penting. Kalau berjalan baik, maka ideologi radikal bisa ditangani," tegas Anas.