1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Utamakan puasa, perajin songkok di Banyuwangi 'ngerem' produksi

Karena menurut Ali Ramadan itu bulannya umat muslim memperbanyak amal ibadah.

Pengrajin songkok Banyuwangi. ©2016 Merdeka.com Reporter : Mochammad Andriansyah | Selasa, 21 Juni 2016 19:00

Merdeka.com, Banyuwangi - Bisnis boleh sukses, tapi ibadah tetap utama. Terlebih ibadah di bulan suci Ramadan. Inilah prinsip Ali Gufron, perajin Songkok Kalbut asal Banyuwangi, Jawa Timur, ketika menjalankan usaha yang dimulainya sejak 10 tahun silam.

Warga ‎Jalan Tebu Indah 2, Dusun Kembiritan, Desa Krajan II, Kecamatan Genteng, ini mengaku sengaja membatasi produksi songkok karena alasan ibadah Ramadan. Ali tak peduli meskipun pesanan terus berdatangan di bulan puasa ini.

Setiap minggunya, Ali bisa mengirim Songkok Kalbut buatannya itu antara 6 ribu sampai 10 ribu songkok. Terkadang, bahkan pernah mengirim 20 ribu kopiah atau peci (nama lain songkok).

Masalah harga, per kodinya (20 songkok)‎, Ali membandrol Rp 210 ribu untuk merek Ad-Dawam dan Adz-Dzikro. Sedangkan brand Al Mukarrom dan Al-musthofa, dihargai Rp 150 ribu per kodi.

"Pesanan kita banyak. Ada dari Surabaya, Jakarta, ada yang dari Aceh, Kalimantan dan daerah-daerah lain. (Pasar) Kita me‎rata seluruh Indonesia. Kita juga kirim barang ke Malaysia. Tapi hanya sebagian kecil saja. Untuk bulan Ramadan ini, produksi kita sengaja kita turunin," kata Ali saat ditemui di kediamannya, Selasa (21/6).

Khusus di Ramadan ini, Ali mengaku hanya memproduksi sekitar 1.000 sampai 1.500 songkok per hari. Karena menurut dia Ramadan itu bulannya umat muslim memperbanyak amal ibadah. ‎"Di bulan puasa seperti ini, tenaga kita kan tidak seperti hari-hari biasa. Dan lagi, bulan Ramadan waktunya kita perbanyak ibadah, bukan justru ubuddunia (utamakan dunia)," ujarnya.

Untuk itulah, pengusaha 45 tahun ini tidak membatasi karyawannya bekerja saat bulan puasa dan membatasi produksinya. "Sistem kita kerja borongan. Mereka bebas. Mau kerja siang, atau malam hari silakan. Kita buka 24 jam," katanya lagi.

Di siang hari, khusus bulan puasa, para pekerja yang membantu Ali membuat songkok kadang hanya 10 orang, kadang ada sekitar 30-an orang. Kalau malam bisa sampai 50 orang bekerja. "Mereka datang, ada yang setelah buka puasa, ada yang setelah Salat Tarawih. Mereka kerja sampai sahur, baru pulang," katanya.

Ali mengaku juga menerima pekerja perempuan. Namun, lokasinya dipisah dengan pekerja laki-laki. "Yang perempuan ada 30 orang. Tapi kita pisah. Mereka tidak di sini (Jalan Tebu Indah). Enggak enak kalau dicampur (karena bukan muhrim)," ujarnya.

‎Para pekerja, karena kerja borongan, mereka bisa mengais rezeki antara Rp 90 ribu sampai 100 ribu rupiah per hari. Tergantung berapa songkok dikerjakan. "Karena sistem borongan, mereka bisa dapat banyak. Yang diterima juga beda-beda. Tergantung tingkat kesulitan. Gaji paling murah Rp 450 per songkok, dan paling tinggi Rp 650 per biji. Rp 650 ini yang bagian jahit putaran songkoknya," paparnya.

Seperti diungkap salah satu karyawan Ali ini misalnya. Muhsin (27), asal Cangaan, Kecamatan Genteng, rata-rata setiap harinya bisa menghasilkan 200 songkok. "Tiap hari saya bisa terima gaji Rp 450 dikali 200 biji. Rp 90 ribu. Kadang saya juga bisa terima Rp 100 ribu, 110 ribu rupiah," kata pegawai bagian setrika ini.

Dengan perolehan tersebut, per bulan Muhsin bisa terima gaji dari majikannya sekitar Rp 2,5 juta sampai 3 juta rupiah. "Tergantung pendapatan, berapa yang saya kerjakan tiap hari. Rp 2 juta itu, kalau tiap hari Minggu libur. Kalau masuk kerja terus bisa lebih," ujarnya.

(MT/MA)
  1. Bisnis
  2. Ramadan 2016
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA