“Jangan sampai berbagai kemajuan teknologi justru memperbudak kalian," kata Arif.
Merdeka.com, Banyuwangi - Menjelang berakhirnya bulan Ramadhan, Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Kabupaten Banyuwangi mengakhiri serangkaian turba ke PAC se-Banyuwangi dengan buka bareng dan silaturahmi. Bertempat di basecamp IPNU IPPNU di Perumahan Bukit Asri, Genteng, ratusan kader, pengurus dan alumni IPNU IPPNU Banyuwangi berkumpul bersama pada Ahad (3/7).
“Acara ini sengaja kami gelar menjelang hari raya, karena sekalian untuk menutup serangkaian acara turba yang dilakukan Cabang ke PAC selama Ramadan,” tutur Ketua PC IPNU Banyuwangi Yahya Muzakki di sela-sela buka bersama.
Selama Ramadaan IPNU dan IPPNU Banyuwangi melakukan turba ke setiap PAC dengan agenda penguatan organisasi. Seperti pelatihan administrasi, organisasi, kepemimpinan dan sosialisasi program Cabang ke seluruh kader.
Acara buka bareng tersebut merupakan tradisi yang telah berjalan tiap tahun. Tidak sekedar buka bareng, namun pada kegiatan tersebut juga dimanfaatkan untuk silaturahmi dan temu kangen antar alumni IPNU IPPNU dari berbagai generasi. Selain itu, para alumni juga berkesempatan berjumpa dengan kader-kadernya untuk memberikan motivasi dan wejangan.
Guntur Al-Badri, sekretaris PCNU Banyuwangi dan juga perwakilan dari Majelis Alumni IPNU Banyuwangi yang berkesempatan memberikan tausiyah pada kegiatan tersebut, mengajak semua kader IPNU dan IPPNU untuk berkontribusi secara total dalam berproses di IPNU IPPNU. “Berjuang di IPNU dan IPPNU jangan sampai didorong oleh hal yang transaksional. Mau jadi pengurus karena mengharap dapat uang atau lain sebagainya, ini jangan sampai. Yakinlah, jika kalian berjuang bersungguh-sungguh, pasti nanti akan mendapatkan buahnya,” ujarnya.
Seusai berbuka, para alumni berkesempatan menyapa para kader dan berbagi pengalaman tentang suka duka perjuangan selama menjadi pengurus IPNU. Sukino, salah seorang kader IPNU era tahun 90-an, menceritakan bagaimana minimnya fasilitas saat berjuang pada masa itu. Namun, hal itu tidak mengendurkan semangat untuk berkhidmat. “Kalau mau mengirimkan kabar tidak seperti saat ini yang cukup lewat sms, tapi dulu harus keliling,” cerita mantan pendiri PCI NU Taiwan tersebut.
Sementara itu, Arif Fauzi, ketua PC IPNU Banyuwangi tahun 2000 memaparkan tentang bagaimana tantangan kader saat ini. Di tengah puncak demografi di Indonesia, menuntut peranan IPNU IPPNU yang terus up to date dengan perkembangan zaman. “Jangan sampai berbagai kemajuan teknologi justru memperbudak kalian, tapi jadikan hal tersebut untuk media mempermudah perjuangan,”kata Arif.