Selama perjalanan, ada prinsip yang selalu dijaga dan dijalani, salah satunya tidak boleh minta-minta meskipun kehabisan bekal.
Merdeka.com, Banyuwangi - Sepeda onthel saat ini memang mulai ditinggalkan oleh generasi muda. Budaya transportasi sehat dan bebas dari polusi tersebut mulai bergeser digantikan kendaraan bermotor. Namun tidak bagi Alif Hendrianto (18), Akhmad Rifai (16) dan Muhamad Fialdo (18) pemuda asal Cirebon, Jawa Barat yang berupaya menggerakan kembali budaya bersepeda onthel.
Sejak tanggal 14 Mei, ketiganya melakukan perjalanan dari Cirebon ke Surabaya, Jawa Timur menggunakan sepeda onthel onta. Saat ini ketiganya masih sampai di Banyuwangi dan akan melanjutkan perjalanan ke Bali. Semua itu mereka lakukan untuk memberi contoh kepada generasi muda agar tidak ikut-ikutan geng motor dan terjebak narkoba.
“Inginnya ke Mataram tapi ini (Akhmad Rifai) mau daftar SMA. Sampai Bali jalan-jalan keliling, silaturahmi, cari saudara. Selain tujuannya ini untuk menghindari geng motor, untuk mengindari hal negatif. Kembali ke onthel, paling kalau naik motor sekedarnya saja di rumah pas berangkat sekolah saja,” ujar Muhamad Fialdo, kepada Merdeka Banyuwangi, Sabtu (28/5).
Saat ditemui, ketiganya sedang melakukan perjalanan dari Muncar ke Pelabuhan Ketapang. Sepanjang perjalanan, ketiganya menjelaskan selalu disuruh mampir ke komunitas-komunitas pencinta sepeda onthel. Tujuannya untuk mencari saudara atau teman dan mempererat tali silaturahmi.
“Dari Cirebon berhenti Semarang suruh mampir sama teman. Lanjut lagi suruh mampir di Lamongan, terus balik ke Mojokerto, berangkat bareng ke Surabaya sama temen-temen mojokerto. Kalau tadi dari komunitas pencinta sepeda onthel Muncar suruh mampir,” jelas Alif Hendrianto.
Alif menjelaskan, dia dan teman-temannya juga tergabung dalam Komunitas Onthel Cirebon (Koci). “Komunitas ini ada persatuannya se-Indonesia, namanya komunitasnya Onthel Sepeda Tua Indonesia (ONTI). Jumlah komunitas onthel ada 38 di setiap daerah,” lanjut Alif.
Selama perjalanan, ada prinsip yang selalu dijaga dan dijalani. Salah satunya tidak boleh minta-minta meskipun kehabisan bekal. Serta akan selalu mengibarkan bendera merah putih di sepedanya, sebagai simbol rasa persatuan bangsa.
“Meskipun kami kayak gini gak boleh minta-minta. Kehabisan modal harus kerja. Kalau soal bendera, tiap mampir di kasih bendera komunitas. Kalau bendera merah putih wajib dipasang,” jelas Alif.
Meski demikian, selama di perjalanan banyak orang-orang yang membantu. Di sepedanya, selain bendera ada kotak berisi peralatan memperbaiki sepeda, suku cadang, matras, dan baju ganti. Saat merasa lelah di perjalanan, ketiganya akan berhenti di SPBU.
“Berhenti biasa sekitar jam 12 jam malam. Jalan lagi pagi sampai sore, kalau siang panas. Kendalanya kalau malam, bus sering ugal-ugalan,” lanjut Alif.
Meski sepanjang perjalanan sering mampir di komunitas pencinta sepeda onthel, Alif dan kedua temannya sudah sepakat, harus sampai di tempat tujuan sesuai jadwal. “Hari ini harus sampai di Ketapang. Di Bali rencana tiga sampai empat hari. Tanggal 11 juni harus sampai di rumah, soalnya saya mau daftar sekolah SMA,” jelas Akhmad Rifai yang masih baru lulus SMP.