Karakter gambar yang kecil-kecil, membuat para anggota sering menggambarnya bersama-sama dalam satu media kertas.
Merdeka.com, Banyuwangi - Komunitas Doodle Art Banyuwangi menawarkan kreativitas unik. Setiap berkumpul para anggota yang tidak terbatas usia ini akan menggambar bersama. Kadang lewat media kertas besar, di dinding, atau banner bekas. Semua dilakukan untuk belajar seni, khususnya di bidang gambar.
Sebagai bentuk apresiasi setiap ada gambar baru milik anggota akan diupload di Instagram komunitas Doodle Art. Dalam komunitas tersebut juga berupaya menumbuhkan budaya belajar bersama. Ada saling kritik dan memberi masukan terhadap kualitas gambar dari masing-masing anggota.
“Saling mengajari yang belum bisa dan saling melengkapi. Sebagian besar anggotanya masih sekolah. Ada yang SD, SMP, SMA, tapi yang sudah kuliah juga ada,” tutur Rizky, Ketua Komunitas Doodle Art kepada Merdeka Banyuwangi, Minggu (1/5).
Komunitas Doodle Art berdiri tahun 2015. Berumula saat Rizky, Khusnul dan Ferbi mengikuti lomba membuat patung pasir di Pantai Boom Banyuwangi. Dalam lomba tersebut mereka mendapat juara tiga. Dari situ ada niat bersama membuat wadah atau komunitas sebagai ruang kreativitas di bidang seni.
“Terus ingin buat komunitas yang mencakup bidang seni. Awalnya bertiga itu, bukan membentuk komunitas Doodle art Banyuwangi, tapi bikin komunitas seni Banyuwangi,” ujar Rizky.
Karena yang paling mudah dan semua anggota bisa di bidang gambar akhirnya disepakati membuat komunitas gambar jenis doodle. Jadilah nama komunitas Doodle Art.
“Awal ngumpul itu 6 di Taman Blambangan, terus semakin lama banyak yang bergabung. Sekarang jumlahnya ada 47 orang dari berbagai kecamatan,” jelas Rizky.
Gambar doodle, kata Rizky, memiliki banyak motif dan tidak terbatas. Setiap ada ide yang muncul dari tiap personal bisa divisualkan dalam gambar. Sedangkan model gambar doodle sangat terlihat dari puluhan gambar kecil-kecil yang dicampur aduk dalam satu media gambar.
“Modelnya lebih ke abstrak. Kalau macemya banyak ada motif batik, bunga, gambar monster, boneka, banyaklah. Semua benda-benda di depan kita bisa dimasukkan. Gambarnya kecil-kecil ramai. Memang identik gitu,” ujarnya.
Karakter gambar yang kecil-kecil, membuat para anggota sering menggambarnya bersama-sama dalam satu media kertas.
Siapapun yang ingin bergabung, kata Rizky tidak harus memiliki bakat menggambar bagus semua bisa dipelajari bersama.
Komunitas Doodle Art juga menerima pesanan menggambar. Bisa pesan gambar untuk memperingati hari ulang tahun, gambar nama, bahkan menerima tawaran menggambar di dinding-dinding kafe. Guna mempercantik desain visual kafe.
Soal harga, kata Rizky sesuai ukuran luas media gambar. Bila di kertas A4 cukup Rp 10 ribu sampai Rp 20 ribu. Untuk kertas A3 berukuran lebih luas dibanderol harga sampai Rp 50 ribu.
Komunitas ini, juga mengangkat nilai-nilai lokalitas lewat gambar. Beberapa karya Doodle Art memasukkan identitas khas daerah seperti udeng Using, tarian seblang, gandrung dan masih banyak lagi.
“Tujuannya ingin saling mempelajari semua seni, bukan hanya doodle. Biasanya kalau ngumpul terus gambar bareng di Taman Blambangan dan Taman Makam Pahlawan pakai kertas besar. Kemarin saja pakai banner bekas bagian baliknya, kan putih,” kata Rizky.