Ini digelar sebagai promosi potensi desa akan kekayaan budaya, kuliner serta keindahan alam untuk meningkatkan perekonomian desa.
Merdeka.com, Banyuwangi - Jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi, namun Matahari rupanya enggan menampakkan diri di langit Desa Banjar yang terletak di bawah kaki Gunung Ijen. Sejak semalam hujan turun dengan derasnya membasahi area persawahan, rumah warga, dan jalan-jalan desa.
Tapi pagi yang basah itu tak menjadi halangan bagi sejumlah ibu-ibu dari berbagai dusun di Kecamatan Licin, Banyuwangi, untuk mengikuti kegiatan Festival Sego Lemeng dan Kopi Uthek. Berbalut kebaya khas kutu baru, mereka mulai menata Sego Lemang beserta lauknya di atas piring dengan anyaman bambu sebelum disajikan kepada dewan juri.
"Sejak pagi sudah menyiapkan ini Nasi Lemang dengan berbagai macam lauk dan sambal lucu," ujar salah satu peserta Lomba Nasi Lemang, Tutut kepada Merdeka Banyuwangi, Sabtu (8/7).
Tutut mengatakan Sego Lemang merupakan makanan khas yang berasal dari desanya. Secara turun-temurun warga desanya terbiasa menyantap hidangan dalam berbagai momen, seperti panen raya, pesta pernikahan dan syukuran desa. Ada berbagai versi cerita mengenai Nasi Lemeng ini, namun warga Desa Banjar percaya awal hadirnya kuliner ini berasal dari orang tua mereka yang dahulu hidup dalam masa perang melawan Belanda.
Nasi Lemang berisi nasi yang dibungkus daun pisang dan kemudian dimasukkan ke dalam potongan bambu dan kemudian dibakar. Walau sekilas nampak sederhana, namun rasa yang dimiliki sungguh luar biasa nikmat. Anda akan merasakan gurihnya Nasi Lemang dalam gigitan pertama, "Rasanya gurih, nikmat sekali. Rasanya pas sekali disantap saat hujan-hujn begini," ujar satu pengunung Su'udi saat menikmati Nasi Lemang.
Untuk menghangatkan badan, tersedia Kopi Uthek khas warga Desa Banjar. Ada yang unik dalam menikmati kopi ini. Caranya kopi hitam itu diminum terlebih dahulu kemudian gula aren yang disajikan digigit sedikit untuk menghilangkan rasa pahit dari kopi tersebut.
Menurut Wakil Bupati Banyuwangi, Yusuf Widyatmoko, Kopi Uthek adalah bentuk kreasi masyarakat Desa Banjar yang luar biasa, "Awalnya orang mengira uthek itu artinya otak. Padahal nama uthek diambil dari suara gula arena yang digigit menghasilkan bunyi thek," ujarnya.
Festival Sego Lemang dan Kopi Uthek ini masuk dalam agenda resmi Festival Banyuwangi 2017 ini digelar sebagai promosi potensi desa akan kekayaan budaya, kuliner serta keindahan alamnya. "Letak Desa Banjar yang dekat dari Gunung Ijen ini banyak dilewati wisatawan. Sehingga potensi desa kita promosikan untuk menarik lebih banyak lagi wisatawan yang hadir di desa," ujar Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi, Muhammad Yanuar Bramuda.