Seporsi ayam bakar kampung ini harganya Rp 40 ribu.
Merdeka.com, Banyuwangi - Ayam goreng menjadi makanan favorit di berbagai daerah. Dengan beragam variasi sambal dan lalapan sayur, ayam goreng tetap memiliki tempat spesial bagi pecinta kuliner dari waktu ke waktu.
Seperti Ayam Goreng Blambangan khas Rumah Makan Wina Banyuwangi. Berdiri sejak 1972, Ayam Goreng Blambangan lestarikan kuliner khas Banyuwangi. Yakni dengan tetap menggunakan bumbu toga seperti jahe, lempuyang, laos, daun salam, kunyit, bawang putih dan merah.
"Saya pengen melestarikan bumbu-bumbu ndeso ini agar ada sambung historis kuliner di Banyuwangi. Bumbu yang saya buat, itu memang bumbu dari zaman penjajahan Jepang. Jadi ini lho, orang Banyuwangi itu kalau masak sedep, tidak memakai MSG. Bisa dapet rasa gurih itu dari apa kalau enggak kolaborasi dari bumbu toga," terang owner Ayam Goreng Blambangan RM.Wina, Heru Baskoro.
Sebagai generasi kedua, Heru tak sedikit mengubah bumbu yang telah diciptakan oleh sang ibu, almarhum Djohanah Soekirno. Menurut Heru, masakan yang menggunakan MSG lebih cepat membuat haus dan berimbas pada kesehatan konsumen. Menurutnya, citarasa gurih dapat dibuat dari bahan alami seperti udang kering atau terasi.
Rumah Makan yang berada di Jalan Basuki Rahmat 92 Baanyuwangi tersebut selalu menggunakan ayam kampung sebagai bahan dasar Ayam Goreng Blambangan. Harga seporsi ayam goreng Blambangan dipatok Rp 40.000. Sementara per ekor ayam goreng dipatok dengan harga Rp 120.000 sampai dengan Rp 140.000.
Dalam perkembangannya selama 44 tahun berdiri, Rumah Makan Wina tak hanya berhenti pada ayam goreng sebagai menu andalan. Tersedia pula berbagai menu lain seperti bebek goreng, gurami goreng, gurami asam manis, udang goreng, udang saos inggris, ayam goreng bacem, nasi pecel, dan gado-gado.
"Enak, karena ayamnya empuk. Kaya bumbu dan rasanya beda dari ayam goreng lainnya. The best lah," aku salah satu pengunjung, Kirana.