Meski makanan tradisional, banyak orang suka daripada makan daging.
Merdeka.com, Banyuwangi - Satu lagi, kuliner yang perlu Anda coba bila berkunjung ke Banyuwangi. Warga Lingkungan Papring, Kelurahan Kalipuro, selalu berburu Umbut untuk dihidangkan selama Bulan Ramadan hingga lebaran Idul Fitri.
Kuliner Umbut berasal dari batang tunas rotan yang direbus dan diolah dengan bumbu sambal kacang. Menggunakan rempah cabai, bawang merah, putih, garam, kacang dan kecap. Sayur Umbut yang sudah direbus kemudian dicampurkan ke sambal dan siap dikonsumsi.
Meski pembuatan kuliner Umbut cukup sederhana, tapi untuk urusan rasa bagi warga Papring lebih berharga dan enak daripada daging. "Bagi kami, kuliner Umbut ini lebih berharga dari pada daging. Pertama enak, ngolahnya tidak ribet, dan ini hanya ada setahun sekali. Karena di luar bulan Ramadan sampai lebaran sudah tidak musim," ujar Widie Nurmahmudy, salah satu warga Papring yang memasak Umbut, Minggu (28/5)
Untuk mencari Umbut yang berasal dari tunas rotan, warga harus jalan kaki dari perkampungan menuju hutan KPH Banyuwangi Utara dengan jarak tempuh sekitar 20 kilometer. Sesampai di hutan, untuk mendapatkan rotan warga harus membersihkan duri-duri yang melindungi Umbut.
"Nyarinya harus masuk ke hutan-hutan. Kebanyakan ada di lereng jurang. Jaraknya dari perkampungan ada 20 Kilometer lebih. Dan mereka jalan kaki," ujar pria yang selalu langganan membeli Umbut ini.
7 Ruas Umbut dengan panjang sekitar 40 Cm dijual dengan harga Rp 15 ribu. Untuk kategori sayur, harga Umbut di kampungnya ini sudah tergolong mahal. "Sudah termasuk mahal dibanding sayur lainnya. Ini nyarinya juga susah," ujarnya.
Selama Ramadan hingga lebaran, kuliner Umbut selalu dicari menjadi hidangan yang ditunggu oleh warga. Terutama saat acara selamatan jelang hari raya.
"Setiap selamatan kan selalu ada daging, Umbut ini untuk mengimbangi saja ketika orang sudah jenuh dengan daging, kalau dimakan pakai Umbut pasti habis. Kalau hanya daging saja banyak tidak habisnya. Jadi pasti dicari," tambahnya.
Sementara itu, Nasiba (50) ibu rumah tangga yang rutin memasak Umbut tiap tahun bercerita, sejak dia kecil kuliner ini sudah ada dan diperkirakan menjadi salah satu hidangan kuno turun temurun. "Sepulang dari hutan, warga yang mencari Umbut menjualnya ke tetangga yang ingin memasak. Dan ini sudah sejak dulu," ujar Nasiba.
Umbut yang masih segar dari hutan, kata Nasiba bisa disimpan hingga berhari-hari selama kulit batang tunas rotan tidak dikupas. Biasanya, kata Nasiba, warga akan menyimpannya untuk persiapan selamatan jelang lebaran.
"Kalau Umbut ini setahuku hanya dimasak warga Papring. Soalnya bahannya memang hanya ada di hutan," ujarnya.
Mengenai rasa, kuliner Umbut ini memiliki tekstur yang empuk saat digigit. Menghasilkan rasa manis dan sedikit masam. Kuliner ini, lebih mirip seperti rasa tunas pohon kelapa (empol) yang juga sering diolah menjadi sayuran setiap ada warga yang menebang pohon kelapa.