1. BANYUWANGI
  2. PARIWISATA

Gunung Ranti, melihat negeri di atas awan Banyuwangi

"Di atas melihat wajah kota Banyuwangi sampai lautnya kelihatan, bagus kalau dapat momen matahari terbit".

Gunung Ranti. ©2018 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Rabu, 03 Oktober 2018 10:58

Merdeka.com, Banyuwangi - Mendaki di Gunung Ranti, satu destinasi baru yang mulai banyak dicoba generasi muda di Kabupaten Banyuwangi. Bila naik ke atas, pengunjung bakal menemukan keindahan kota dan laut Banyuwangi dari atas.
Ada juga yang menyebut sebagai negeri di atas awan karena tebalnya gumpalan pemandangan awan di lokasi pendakian.

"Di atas melihat wajah kota Banyuwangi sampai lautnya kelihatan, bagus kalau dapat momen matahari terbit, kalau malam lampu-lampu kelihatan bagus, saat mendaki awannya juga tebal, dibandingkan di Ijen," ujar Jorgi Rona yang sudah tiga kali mendaki Gunung Ranti, Minggu (30/9).

Saat ditemui, Jorgi sedang menikmati pemandangan di tenda yang didirikan di lereng Gunung Ranti. Pemandangan yang indah dan lokasinya yang strategis membuat Gunung Ranti jadi alternatif selain mendaki di Gunung Ijen.

Jalur pendakian Gunung Ranti, berada sekitar 50 meter sebelum Paltuding yang menjadi area pendakian menuju puncak Gunung Ijen.

"Sudah satu tahun terakhir ini banyak yang mendaki di Gunung Ranti, saya sendiri sudah tiga kali mendaki enggak bosan," terangnya.

Jorgi tergabung dalam komunitas yang mencintai pendakian gunung, Seven Summit Indonesia. Komunitas tersebut, terdiri dari generasi muda di satu desa tempat tinggalnya, di Desa Karangasem, Kecamatan Glagah.

"Jadi di desa kami pemudanya suka naik gunung, jadi suka eksplor keindahan puncak seperti di sini. Anggotanya sekarang sudah 15," terangnya.

Setelah tiga kali menyusuri keindahan Gunung Ranti, Jorgi mengatakan, untuk mendaki ke puncak, dibutuhkan energi dan tingkat kesulitan 4 kali lipat dibandingkan pendakian di Gunung Ijen.

Jorgi menilai, jika medaki di Gunung Ijen, jalur pendakian masih tergolong landai dan panjang dengan ketinggian 2443 Mdpl. Sementara di Gunung Ranti, banyak jalur yang menanjak dan zig-zag.

"Lebar jalurnya sekitar dua meter, menanjak. Kalau musim begini debu tebal. Tapi saat mendaki tidak perlu alat pendakian, cukup dengan jalan kaki saja," jelasnya.

Meski dari tingkat jalur pendakian lebih sulit, di Gunung Ranti tidak berbatas waktu seperti di Gunung Ijen. Di Gunung Ijen, pendaki baru diizinkan mendaki setelah diatas pukul 00.00 WIB untuk menghindari gas monoksida sesampai di puncak.

"Di Gunung Ranti perjalanan mendaki tiga sampai empat jam. Kalau mau santai habis isyak bisa jalan naik, kalau di Ijen ada batas waktu kalau sini endak," jelasnya.

Sementara itu, Dion Revaldi, pendaki yang juga sudah tiga kali mendaki Gunung Ranti menilai, mendaki Gunung Ranti sangat cocok untuk generasi muda di usia produktif.

"Cocok untuk anak muda, soalnya di sini tidak ada fasilitas naik troly untuk pendaki yang usia tua seperti di Gunung Ijen," kata dia.

Bila mendaki di Gunung Ranti, pendaki cukup membawa perlengkapan menginap seperti tenda. Bila membawa makanan dengan kemasan, dia menyarankan harus dibawa kembali turun karena tidak ada tempat untuk pembuangan sampah.

"Setiap mendaki saya selalu bawa kembali turun sampah-sampah milik saya sendiri. Makanan perlu untuk tambah energi, di atas ada empat pos untuk tempat istirahat, tersebar di jalur pendakian," katanya.

Sementara itu, terpisah, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas telah menjadikan kawasan Gunung Ranti sebagai tempat finish ajang sport tourism International Tour de Banyuwangi Ijen pekan lalu.

"Ini kawasan wisata baru yang coba dikenalkan lewat ajang sport tourism. Lokasinya ada di sekitar 50 meter sebelum Paltuding," jelas Anas.‎

Wahana wisata alam Gunung Ranti berada di kawasan Perum Perhutani KPH Banyuwangi Barat. Lokasi tersebut bisa ditempuh melalui jalur dari Kabupaten Banyuwangi maupun dari Kabupaten Bondowoso.

(ES/MUA)
  1. Pariwisata
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA