1. BANYUWANGI
  2. PARIWISATA

Jelajah Alas Purwo, ada banyak spot wisata menarik di tengah belantara

Secara geografis, Alas Purwo terletak di ujung timur Pulau Jawa sisi Pantai Selatan denga luas 43.423 hektar.

©2016 Merdeka.com Reporter : Mochammad Andriansyah | Minggu, 17 April 2016 17:49

Merdeka.com, Banyuwangi - Taman Nasional (TN) Alas Purwo di Kecamatan Tegaldlimo, Banyuwangi, Jawa Timur bisa dibilang kawasan hutan yang komplet. Apa yang tidak ada di sini? Semunya ada di hutan yang baru saja ditetapkan sebagai Cagar Biosfer Dunia oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan dan Budaya (UNESCO) ini.

Secara geografis, Alas Purwo terletak di ujung timur Pulau Jawa sisi Pantai Selatan denga luas 43.423 hektar. Dan sesuai Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistem, Alas Purwo memiliki tiga fungsi pokok.

Tiga fungsi pokok itu antara lain; perlindungan proses ekologis sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya, serta yang terakhir pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya dalam bentuk penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, penunjang budidaya, dan pariwisata alam.

Di zaman pendudukan Belanda, berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Nomor: 6 stbl 456 tertanggal 01 September 1939, Alas Purwo berstatus Suaka Margasatwa Banyuwangi Selatan dengan luas 62.000 hektar.

Selanjutnya diubah menjadi taman nasional, sesuai Keputusan Menteri Kehutanan di Tahun 1992, dengan luas lahan 43.420 hektar dan di Tahun 2016 ini, TN Alas Purwo dinobatkan sebagai Cagar Biosfer Dunia oleh UNESCO.

 

Alas Purwo merupakan kawasan hutan lindung yang mempunyai pelbagai macam tipe ekosistem tergolong utuh di Pulau Jawa. Ekosistemnya, mulai dari pantai (hutan pantai) sampai hutan hujan dataran rendah, hutan mangrove, hutan bambu, savana dan hutan tanaman.

Saat Merdeka Banyuwangi masuk lebih dalam di Alas Purwo, hutan yang dikenal angker ini ternyata memang menyimpan spot-spot wisata menarik. Seperti Padang Savana Sadengan, yang sempat dikunjungi Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya dua pekan lalu misalnya. Di tempat ini, banyak hewan-hewan liar, salah satunya banteng hidup dalam satu populasi.

Kemudian ada juga pantai-pantai yang tak boleh terlewati jika berkunjung ke Banyuwngi. Seperti Pantai dan Mangrove Blok Bedul, Pantai Ngagelan yang dijadikan tempat penangkaran penyu. Kemudian Pantai Pancur serta Pantai Plengkung yang deburan ombaknya mampu menarik minat banyak wisatawan asing untuk bersurfing ria.

Masih ada satu lagi, Pantai Triangulasi. Tempat ini, oleh warga Nahdlatul Ulama (NU) Banyuwangi kerap dijadikan lokasi Rukyatul Hilal untuk menentukan kalender Hijriyah.

Tak hanya itu, masyarakat sekitar yang masih kental dan syarat dengan warna budaya Blambangan, masih sangat percaya Alas Purwo merupakan tempat pemberhentian terakhir rakyat Majapahit melarikan diri dari serbuan pasukan Mataram.

Mereka juga meyakini di Alas Purwo menyimpan keris pusaka Sumelang Gandring. "Tidaklah aneh, jika Alas Purwo masih dijadikan banyak orang melakukan semedi maupun mengadakan upacara religius di Goa Padepokan dan Goa Istana," terang salah satu warga Tegaldlimo, Minggu (17/4).

Beberapa warga Banyuwangi yang lain juga menyebut, di sekitar pintu masuk Alas Purwo atau Rowobendo, terdapat Pura Agung, pura peninggalan sejarah yang masih dijadikan tempat upacara Umat Hindu yaitu Pagerwesi.

Upacara tersebut diadakan setiap jangka waktu 210 hari. "Pura ini masih kerap didatangi Umat Hindu untuk upacara keagamaan," ucap Robert, warga sekitar Alas Purwo.

(MH/MA)
  1. Wisata Alam
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA