1. BANYUWANGI
  2. PARIWISATA

Warga Desa Balak berharap ada investor kelola 7 gua jadi obyek wisata

"Tujuannya untuk mengangkat perekonomian masyarakat. Cuma kalau misalkan ada investor masuk kami siap," ujar Ribud.

Gua Pawon di Desa Balak Banyuwangi. ©2016 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Rabu, 07 September 2016 11:35

Merdeka.com, Banyuwangi - Pemerintah Desa Balak, Kecamatan Songgon, Banyuwangi, ingin mengenalkan destinasi wisata baru berupa gua-gua alami yang ada di desanya.

Jumlahnya ada tujuh gua terletak di satu Dusun Cemoro. Melihat potensi tersebut, Kepala Desa Balak, Ribud Santoso berharap ada pihak investor mau bekerja sama mengelola menjadi destinasi wisata sejarah dan religi.

"Tujuannya untuk mengangkat perekonomian masyarakat. Cuma kalau misalkan ada investor masuk kami siap," ujar Ribud kepada Merdeka Banyuwangi, Selasa (6/9).

Tujuh gua tersebut antara lain Gua Pawon, Pasujudan, Sadong, Koperesi, Capil, Sumur dan Panguripan.

Saat Merdeka Banyuwangi mengunjungi beberapa gua tersebut kondisinya masih alami. Belum ada bangunan lain menyertai sebagai fasilitas wisata, misalnya toilet, tempat sampah, penerangaan, tempat duduk santai, serta perbaikan akses jalan.

Hanya Gua Pawon yang terlihat sudah pernah dirawat. Terlihat ada pagar bangunan batu bata yang mengelilingi.

Disebut Gua Pawon karena di dalamnya ada semacam tungku untuk memasak. Sedangkan nama pawon sendiri, memiliki arti dapur.

"Kemungkinan ini dulu memang tempatnya untuk memasak. Sementara ini yang datang ke sini masih lokal-lokal saja. Ada juga yang semedi (nyekar)," ujar Hadi Sudarsono, Staf Desa Balak, saat mengantar ke lokasi.

Gua Pawon memiliki tinggi ruangan sekitar satu setengah sampai dua meter. Lebarnya sekitar 7 x 4 meteran. Bentuk tungkunya memanjang, dan masih ada lobang masuk ke bawah sekitar empat meter.

Di area Gua Pawon, sekitar 10 meter dengan jalan kaki, ada lagi Gua Pasujudan. Gua ini dinilai pernah menjadi tempat berdoa oleh para leluhur Desa Balak. Kali ini, lebar pintu gua-nya hanya sekitar 1 meter.

Kedua gua tersebut lokasinya berdekatan dengan sumber air Longon. Airnya sangat jernih dan dingin. Dari pintu Gua Pawon, pemandangan aliran sumber menjadi pemandangan sejuk.

Lokasi ke-tujuh gua yang berada di satu Dusun Cemoro ini berdasarkan cerita tutur turun temurun pernah digunakan oleh KH. Abdul Faqih, pada 1917 sebagai tempat gerilya.

"Kemungkinan untuk tempat persembunyian dan musyawarah. Kalau yang memberi nama-nama gua ini ya KH. Abdul Faqih sendiri," ujar Hadi.

Selanjutnya, Hadi mengantar menuju goa Sadong. Jaraknya, hanya sekitar 1 Km dari area goa Pawon. Sesampai di sana, dia menjelaskan, goa Sadong dipercaya memiliki jalur yang bisa tembus sampai Madura, Bali dan Taman Nasional Alas Purwo.

"Ini kedalamannya tidak terbatas. Sekarang gak ada yang berani nyoba menyusuri masuk. Ini sering dibuat semedi, di hari-hari sakral," jelasnya.

Tidak jauh berbeda, tepat di depan goa Sadong, sekitar 7 meter sudah terdapat aliran sungai yang jernih dari sumber Langon.
Sementara itu, sekitar 500 meter dari goa Sadong terdapat goa Koperesi. Nama Koperesi, kata Hadi, diambil dalam bahasa Sansekerta yang berarti pertemuan.

"Warga sini nyebutnya goa Konferensi. Di dalam ruangannya sangat lebar. Jadi konon ceritanya ini menjadi tempat musyawarah oleh tokoh-tokoh pejuang sini," ujarnya.

Melihat potensi wisata sejarah dan religi ini, Kepala Desa Balak, Ribud menginginkan ada pihak investor yang bersedia bekerjasama untuk mengelola.

"Jadi anggarannya itu kan pasti besar, pemerintah desa saat ini masih belum sanggup. Misalkan untuk membuat fasilitas wisatanya. Suatu saat ada investor masuk, kami siap bantu buat penunjuk jalan. Kalau soal kebersihan, kerja bhakti masyarakat sini selalu siap," papar Ribud.

(MT/MUA)
  1. Pariwisata
  2. Wisata Alam
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA