1. BANYUWANGI
  2. GAYA HIDUP

Banyuwangi fashion festival, karpet merah bagi desainer lokal

"Ini adalah panggung yang kita siapkan khusus bagi para desainer Banyuwangi untuk menampilkan karya-karya terbaiknya".

Banyuwangi fashion festival. ©2018 Merdeka.com Reporter : Endang Saputra | Senin, 16 Juli 2018 09:57

Merdeka.com, Banyuwangi - Banyuwangi tidak pernah berhenti untuk mengangkat potensi fesyen daerah. Sebanyak 85 busana karya desainer Banyuwangi tampil dengan menawan di atas panggung Banyuwangi Fashion Festival (BFF) yang digelar di Gedung Seni Budaya, Minggu (15/7).

Event fesyen yang digelar untuk kedua kalinya ini menjadi karpet merah bagi desainer lokal. Di event inilah para perancang busana asli daerah memamerkan karya-karya terbaiknya pada khalayak luas.

Ajang BFF kali ini melibatkan sebelas desainer lokal yang tergabung dalam Banyuwangi Designer Community (BDC). Ada Sanet sabintang, Olis, Eko P, Amuzaki, Setya, Ridho, dan Rizkyesa. Ada juga Nirmala, Esy, Ocha, dan Almira.

Menariknya, para perancang ini pun serentak mengangkat tema rancangannya yang menggambarkan pesona budaya dan alam Banyuwangi. Mulai Teluk ijo, Api Biru (Blue Fire) Gunung Ijen, Pantai Boom, Gintangan, Djawatan, Pantai Pulau Merah, Segoro Anakan, Savana, Pantai Wedi Ireng, Belerang, hingga Pesisir Tabuhan.

Seperti yang disajikan desainer Amuzacky Fahim (20) yang pada kali ini menampilkan delapan gaun mewah yang diberi judul The Glance of Blue Fire.

Semua desain busana tersebut dibuat dengan kain jumputan yang menjadi ciri khasnya dengan dominasi warna biru.

"Event ini menjadi media bagi kami untuk mempromosikan diri. Selama ini saya belajar mendesain secara otodidak. Panggung ini menambah pengalaman bagi saya," kata Amuzakcy yang koleksi ready to wear-nya diberi brand 'Amuza'.

Selain itu juga ada desainer Ridho (32) yang mengangkat tema 'Inspirasi Gintangan'. Gintangan merupakan sebuah desa di Kecamatan Rogojampi yang memiliki potensi kerajinan bambu sejak puluhan tahun lalu. Produk di desa ini telah diekspor hingga ke berbagai negara mulai Amerika, Jerman hingga India. Kekhasan anyaman bambu dari desa itulah yang diangkat Ridho dalam delapan busana tema Men’s Wear nya.

"Sebelumnya saya telah survei langsung ke pengrajin dan mempelajari proses pembuatan anyaman bambu. Ternyata butuh ketelatenan, ketelitian dan keikhlasan dalam prosesnya. Inilah yang saya apresiasi dari para pengrajin dan menjadi inspirasi saya dalam desain busana," ujarnya.

Selain itu, BFF juga menampilkan desain busana muslim yang dibawakan oleh beberapa desainer seperti Sanet Sabintang dan Almira. Desainer Sanet menampilkan busana-busana syar’i yang cantik dan yang cocok untuk remaja hingga dewasa. Sedangkan Almira menampilkan gaun-gaun pesta hingga busana pengantin mewah.

Wakil Bupati Banyuwangi Yusuf Widyatmoko, mengatakan BFF memang dirancang untuk mewadahi kreativitas para desainer lokal. Menurutnya, setelah banyak event fesyen yang digelar pemkab dengan melibatkan para desainer dari luar, diharapkan inspirasi para desainer lokal bisa semakin berkembang dan mereka lebih percaya diri menampilkan karyanya.

"Ini adalah panggung yang kita siapkan khusus bagi para desainer Banyuwangi untuk menampilkan karya-karya terbaiknya. BFF memang kita rancang sebagai wadah kreativitas perancang busana dari Banyuwangi," katanya.

 

(ES/ES)
  1. Pariwisata
  2. Fashion
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA