1. BANYUWANGI
  2. GAYA HIDUP

Perkuat semangat konservasi, Nadine Chandrawinata ikut tanam mangrove di Banyuwangi

Nadine menanam mangrove jenis rizhopora berjumlah 1000 bibit, bersama para pemuda peduli lingkungan.

Nadine menanam mangrove jenis rizhopora. ©2017 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Senin, 16 Oktober 2017 15:51

Merdeka.com, Banyuwangi - Nadine Chadrawinata, mantan Puteri Indonesia 2015 sekaligus pendiri pegiat lingkungan Seasoldier kali ini ikut serta dalam penanaman mangrove di zona konservasi tanaman bakau di Teluk Pangpang, Desa Wringinputih, Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Minggu (15/10).
Nadine ingin menguatkan semangat konservasi Anak-anak muda Banyuwangi dengan hadir secara langsung. Dia menilai, masyarakat Banyuwangi sangat kompak dalam urusan konservasi di sepanjang garis pantainya.

Mulai dari terumbu karang di Bangsring, konservasi Penyu di Pantai Cacalan, Boom, Kabat, hingga konservasi ekosistem biota laut dengan penanaman cemara dan mangrove di Muncar.

"Yang kami sasar adalah anak-anak muda yang notabene belum pernah menanam mangrove," ujar Nadine sambil meananam mangrove di lumpur pantai teluk Pangpang.

Nadine menanam mangrove jenis rizhopora berjumlah 1000 bibit, bersama para pemuda peduli lingkungan, mulai Anak-anak desa sekitar, komunitas, dan akademisi.

Lewat anggotanya Seasoldier di Banyuwangi, Nadine juga rutin mengajak agar masyarakat dapat menjadi pelopor selalu buang sampah pada tempatnya. Kemudian selalu bawa tumbler (tempat minuman) kemana-mana dan selalu bawa tas sendiri ketika belanja.

"Sehingga nggak perlu pakai tas plastik. Ingat lho, Indonesia itu penghasil sampah kedua terbesar di dunia. Berapa juta ton sampah yang dihasilkan per hari. Itu baru dari aspek sampah, belum masalah lingkungan lainnya," terangnya.

Aksi menanang mangrove ini, juga mendapatkan dukungan dari Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Kepala Dinas Perikanan dan Pangan, Banyuwangi, Hary Cahyo Purnomo berharap, Anak-anak muda di Banyuwangi bisa kompak menjaga kelestarian lingkungannya.

“Kami berharap akan terjadi perubahan pola pikir masyarakat untuk lebih peduli pada lingkungan," ujar Hary.

Teluk Pangpang yang sedang ditanami mangrove, kata Hary, mulanya pernah menjadi kawasan alih fungsi dari lahan mangrove menjadi tambak budidaya seluas 600 hektare pada tahun 1980-an. Saat pengusaha tambak bangkrut, areal tambak dibiarkan terbengkalai.

"Penanaman mangrove ini akan melindungi populasi ikan di perairan kita. Sehingga masyarakat juga bisa mendapatkan manfaatnya,” terang Hary.

Sebelumnya, sejak 2002 masyarakat Desa Wringinputih di kawasan Teluk Pangpang berupaya melakukan konservasi penanaman dan pembibitan mangrove.

Melalui kelompok Pokmaswas Bangkit Remaja Tegalpare, mereka terus rutin menanam mangrove di bawah pengelolaan Perhutani dan Taman Nasional Alas Purwo. Hasilnya, zona tersebut saat ini sudah menjadi destinasi wisata alam mangrove Panorama Kili-Kili Teluk Pangpang.

"Awalnya butuh kesabaran untuk mengajak warga. Hanya beberapa gelintir saja yang mau terjun. Tapi lama kelamaan masyarakat mau, sebab mereka sadar manfaat yang timbul dengan adanya mangrove. Misalnya produksi ikan, kepiting dan udang yang meningkat pesat," ujar Muhammad Syaironi, Ketua Pokmaswas Baret.

Selain menanam mangrove, kelompok Seasoldier bersama Nadine, juga menyediakan tempat-tempat sampah di pondok-pondok yang berada di jalur trekking mangrove.

Di sana, pengunjung bisa menikmati hawa sejuk mangrove dan mengenal aneka satwa khas kawasan mangrove seperti burung blekok sawah (Javan pond heron), jalak penyu (Javan myna), dan aneka warna kepiting. Yakni kepiting bakau ungu, hijau dan jingga.

(FF/MUA)
  1. Lingkungan
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA