1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Ajak para murid mencintai lingkungan dengan tanam terumbu karang

"Di Bangsring nelayannya dulu merusak karang, sekarang sudah bersahabat dengan alam," ujar Sukir, salah satu nelayan.

Mengenalkan terumbu karang sejak dini. ©2016 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Kamis, 31 Maret 2016 10:58

Merdeka.com, Banyuwangi - Siang itu, siswa-siswi MTS Puspabangsa, Banyuwangi, sedang berkunjung ke Zona Perlindungan Bersama (ZPB), Bangsring, Wongsorejo. Kunjungan tersebut merupakan upaya para guru setempat untuk mengenalkan konservasi biota laut dan mencintai lingkungan kepada siswanya sejak dini.

Tidak hanya menanam terumbu karang, para siswa-siswi kelas dua yang berjumlah 25 anak tersebut juga diajak snorkeling untuk melihat ikan hias dan terumbu karang di pantai Bangsring.

Sedangkan untuk menanamkan rasa peduli, rasa memiliki dan mencintai lingkungan, para siswa tersebut sebelumnya diberi bekal pengetahuan tentang konservasi biota laut. Apa fungsi terumbu karang, vegetasi cemara dan bahaya perusakan lingkungan. Seperti membom ikan, menangkap dengan potassium, membuang sampah sembarangan.

Tidak kalah menarik lagi, saat berkumpul bersama di bawah pohon cemara, tepi Pantai Bangsring. Siswa-siswi MTS Puspabangsa juga dibekali tentang sejarah Pantai Bangsring oleh salah satu nelayan dan pemerhati lingkungan.

"Di Bangsring nelayannya dulu merusak karang, sekarang sudah bersahabat dengan alam," ujar Sukir, salah satu nelayan, kepada para siswa-siswi, Selasa, (29/3).

Sukir merupakan nelayan Pantai Bangsring yang pernah menjadi pelaku pemboman ikan. Namun, saat ini semua nelayan di Bangsring, termasuk Sukir, sangat menjaga kelestarian Pantai Bangsring.

Terumbu karang di pantai Bangsring sejak 1970-an sampai 2007, secara berangsur mengalami kerusakan parah. Akibat kurangnya kesadaran nelayan, mencari ikan dengan bom ikan dan Potassium. Setelah secara bersama-sama menyadari ketika karang rusak, ikan menjadi sepi, para nelayan sepakat melakukan penanaman karang.

"Di Bangsring sama, dulu merusak karang, sekarang sudah bersahabat dengan alam. Tahun 2008 kami mulai swadaya, kami urunan untuk menjaga lingkungan bersama dengan menanam terumbu karang, menjaga kebersihan, tidak ngebom ikan dan potassium," tutur Sukir.

Saat Sukir menjelaskan, para siswa dan guru terlihat memperhatikan. Apalagi dia mengaku tidak lulus SD, namun terlihat sangat pandai tentang pengetahuan konservasi Pantai Bangsring.

"Kami sebatas menanam supaya ikan itu kembali. Kami mencintai alam, alam akan memberi lebih pada kita. Biota laut bagus, banyak yang ingin melihat, kita dapat uang. Jadi kami harus mencintai lingkungan. Cintailah lingkungan agar alam memberi nilai lebih pada kita," ujarnya menegaskan.

Menyeberang Pantai Bangsring menuju rumah apung

Setelah mendapat pembekalan, para siswa tersebut bersama-sama naik perahu. Jarak rumah apung dengan Pantai Bangsring hanya sekitar 200 meter. Rumah apung merupakan salah satu objek wisata di Bangsring. Hasil para nelayan menanam, menjaga dan merawat terumbu karang. Saat ini wisata tersebut di bawah naungan persatuan nelayan bernama Bunder.

"Rumah apung ini dapat apresiasi dari pemerintah. Kami dapat rumah apung dan penyulingan air minum dari laut jadi air tawar pada tahun 2013," tutur Yudhi, salah satu nelayan.

Setelah sampai di tujuan, para siswa-siswi sudah bersiap memakai pelampung dan perlengkapan snorkeling. Di samping rumah apung, terdapat keramba berisi ikan hias dan ikan hiu masih kecil. Para siswa tersebut lantas menceburkan diri di keramba untuk berenang bersama ikan.

Setelah anggota nelayan Bunder selesai mengambil bibit terumbu karang. Para siswa diajak bersama-sama cara menanam terumbu karang di media tanam dari bahan pipa, senar dan gabus tersebut.

Yudhi menjelaskan kepada siswa-siswa, cara menaruh terumbu karang di media tanam. Bibit terumbu karang yang sudah direndam di dalam timba, ada caranya untuk mengambil. Bagian tengah dan ujung bibit terumbu karang tidak boleh dipegang.

"Jadi kalau mau nanam, bibitnya dipotong, kalau diangkat jangan sampai kena sinar matahari terlalu lama bisa mati. Cara ambil bibitnya dari bawah. Kalau dipegang bagian lain, tidak bisa tumbuh," tutur Yudhi.

Setelah beberapa bibit terumbu karang diikat di media tanam. Para siswa tersebut diajak melihat proses penenggelaman bibit ke dasar laut. Sekitar 10 anak, hanya melihat dari permukaan saat Yudhi menyelam untuk menanam terumbu karang.

Saat ditemui Merdeka Banyuwangi, Yudhi bercerita pernah menjadi pelaku pemboman ikan dan potassium. Sejak bergabung dengan komunitas nelayan konservasi pantai Bangsring Samudera Bakti pada 2009, dia turut serta menjaga dan melestarikan pantai Bangsring.

"Biota yang ada di laut, harus dijaga. Karena karang merupakan rumah ikan, tempat sembunyi," tuturnya. Nelayan di Bangsring, kata Yudhi, merupakan pencari ikan hias.

Sementara itu, Endang, guru pelajaran IPA MTS Puspabangsa, mengatakan kegiatan tersebut merupakan pelajaran ekstrakulikuler untuk para siswanya. Tujuannya agar para siswa bisa langsung mendapatkan pelajaran di luar kelas. "Ini ide para guru bersama. Anak-anak itu Insya Allah akan teringat sampai tua. Biar tidak jenuh di sekolaah terus," ujarnya.

Saat beberapa siswa sedang menikmati pemandangan terumbu karang, salah satu ada yang berteriak kagum. "Bagusnya, keajaiban Tuhan," teriaknya.

 

(MT/MUA)
  1. Info Banyuwangi
  2. Wisata Pantai
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA