"Setelah salat magrib air dateng. Evakuasi warga jam 7 malam. Jam setengah 8 sudah puncaknya," ujar Miseni.
Merdeka.com, Banyuwangi - Banjir yang menggenangi Desa Seneporejo dan Silir Kecamatan Siliragung Banyuwangi sejak pukul 04.00 WIB pagi ini sudah surut. Sejak Minggu, (12/2) ada 108 rumah warga tergenang akibat luapan Sungai Bango.
Kepala Bidang Kedaruratan BPBD Banyuwangi, Eka Muharam, mengatakan luapan air yang menggenangi rumah warga mencapai 2-4 meter. Pihak BPBD bersama Tagana dan Rapi, langsung ke lokasi untuk mengevaluasi 29 warga yang terkena genangan paling tinggi.
"Di Banyuwangi ada 26 desa masuk catatan rawan banjir meliputi 7 kecamatan. Sementara Desa Silir dan Seneporejo tidak masuk rawan. Ini tidak biasa," kata Eka saat ditemui di lokasi terdampak banjir, Senin (13/2).
Sementara itu menurut Miseni, Kepala Dusun Silirkrombang, Desa Seneporejo, Hujan deras terus mengguyur desanya sejak Sabtu sore sekitar pukul 17.00 WIB. Air dari Sungai Bango meluap menggenangi rumah warga pukul 18.00 WIB.
"Setelah salat magrib air dateng. Evakuasi warga jam 7 malam. Jam setengah 8 sudah puncaknya," ujar Miseni.
Banjir yang tidak diduga ini, membuat sejumlah area kebun buah naga rusak terkena arus. Kemudian peternakan warga seperti ayam dan sapi hanyut.
"Biasanya di sini kalau hujan deras paling cuma setengah meter. Itu sudah lima tahun lalu," kata Zainudin, salah satu warga.
Kepala Dinas PU Pengairan Kabupaten Banyuwangi, Guntur Pramono, menjelaskan peristiwa banjir ini akibat siklus cuaca. Desa Seneporejo dan Silir terakhir mengalami banjir pada 1973.
"Sudah 43 tahun yang lalu bajir. Tapi besaran yang ini. Tapi memang ada analisisnya banjir 50 tahunan Akibat siklus cuaca," ujar Guntur.
Setelah sehari menggenang, saat ini hampir 90 persen sudah surut. Warga yang terkena dampak banjir sudah terlihat sibuk menjemur kursi, kasur dan segala perlengkapan rumah.
Mendengar kabar tersebut, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menegaskan penanganan tanggap bencana di Banyuwangi sudah terintegrasi melalui grup Whatsaap. Sehingga bisa langsung ditangani untuk meminimalisir korban.
"Dengan sistem IT memudahkan koordinasi, untuk bantuan dan meminimalisir korban. Ini siklus tahunan karena siklus hujan tinggi," ujar Anas saat meninjau lokasi terdampak banjir.