1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Banyuwangi punya Wisata Hutan Pinus sejuk, banyak spot selfie cantik

"Kami baru membuka tempat ini pada 1 Oktober lalu, belum secara resmi, tapi yang datang sudah banyak," kata Yusuf.

Wisata baru hutan pinus cantik. ©2016 Merdeka.com Reporter : Mohammad Taufik | Kamis, 10 November 2016 18:12

Merdeka.com, Banyuwangi - Hawa sejuk nan segar langsung menyambut begitu memasuki area Hutan Pinus lebat di Desa Sumber Buluh, Kecamatan Songgon, Banyuwangi. Pikiran penat pun langsung fresh saat menghirup udara segar yang kaya oksigen di tempat ini. Tidak hanya cocok untuk refreshing, wisata Hutan Pinus ini juga recommended jadi spot selfie cantik.

Hutan Pinus Songgon terletak kurang lebih 30 KM dari Kota Banyuwangi. Lokasinya di kaki Gunung Raung, membuatnya jadi destinasi wisata berhawa sejuk. Tempat ini juga semakin eksotik karena berada di sepanjang aliran Sungai Badeng yang arusnya cukup menantang untuk aktivitas arung jeram.

Pengelola Wisata Hutan Pinus Songgon Yusuf Sugiono, mengatakan areal Hutan Pinus Songgon memiliki luas 97 hektare. Namun area utama yang dikembangkan sebagai wisata sebanyak tujuh hektare. Sejatinya, tempat wisata ini belum dilaunching secara resmi, meski demikian pengunjung yang datang sudah banyak.

Per hari pengunjungnya sampai 200-300 orang, bahkan di moment weekend bisa mencapai 1000 orang. "Kami baru membuka tempat ini pada 1 Oktober lalu, belum secara resmi, tapi yang datang sudah banyak," kata Yusuf.

Saat ini di lokasi Hutan Pinus telah tersedia beberapa atraksi wisata yang bisa dinikmati. Seperti serunya naik ke atas rumah pohon, merasakan sensasi berkemah di alam terbuka dengan tenda yang bisa disewa, sampai berkeliling hutan pinus dengan naik kuda dengan harga sangat terjangkau.

Bisa juga sekadar duduk-duduk di bangku kayu yang disediakan sambil menikmati segarnya hawa sejuk hutan pinus ditemani secangkir teh atau kopi hangat.

Selain itu, yang tidak boleh dilewatkan, mengabadikan momen berwisata di spot-spot cantik yang telah disediakan. Diantaranya spot berfoto di bawah deretan payung merah, lampion warna-warni, sampai berfoto di depan gapura kayu yang dihiasi bunga-bunga. "Kami sengaja menyediakan spot-spot tersebut untuk dipakai berfoto oleh pengunjung," kata Yusuf.

Ditambahkan ketua LMDH Rimba Ayu, Komarudin, sebelum dikelola jadi tempat wisata, lokasi ini merupakan hamparan pinus yang tidak termanfaatkan kecuali diambil getah pohonnya. Sebab, tanah di tempat ini sudah tidak bisa digunakan lagi oleh masyarakat desa untuk bertani.

"Dulu warga bertani secara tumpangsari di hutan ini. Selain mengambil getah pinus, di bawah pohon ditanami berbagai komoditas seperti cabai, jahe dan jagung. Tapi setelah pohon pinus semakin besar, sudah tidak bisa tumpangsari lagi. Hingga akhirnya muncul ide untuk dikembangkan jadi wisata," kata Komarudin.

Pengelolaan tempat wisata ini, kata Komarudin, hanya boleh dilakukan oleh anggota LMDH yang notabene adalah warga sekitar, yang jumlahnya sebanyak 350 orang. Memang tidak semua ikut terlibat, namun banyak yang mendapatkan manfaat dari pengoperasian wisata ini, mulai dari berjualan makanan, jadi tour guide sampai jadi petugas parkir.

"Semua yang terlibat merupakan warga desa asli sini karena di sini tidak hanya kami pakai untuk mencari ekonomi tapi juga kami jaga kelestariannya. Warga sini yang paling mengerti hal ini," ujarnya.

Saat ditanya lebih menguntungkan mana bertani atau mengelola pariwisata, Komarudin dengan mantap menjawab pariwisata. "Lebih menguntungkan dari hasil pariwisata, banyak yang ikut merasakan dampaknya," kata Komarudin menegaskan.

Kegiatan belajar Bahasa Inggris rutin buat anak-anak

Di wisata Hutan Pinus ini rupanya ada kegiatan belajar Bahasa Inggris rutin yang digelar pengelola wisata. Kegiatan belajar Bahasa Inggris di alam terbuka, di bawah rindangnya pohon pinus, ini rupanya menarik minat anak-anak warga Desa Sumber Buluh, Kecamatan Songgon. Buktinya puluhan anak mengikuti kegiatan tersebut.

Salah satu pengelola Wisata Hutan Pinus, Hengki Pratama, mengatakan kegiatan belajar Bahasa Inggris ini merupakan aktivitas rutin yang dilakukan setiap hari minggu pagi mulai pukul 08.00 -10.00 WIB. Kegiatan ini diikuti oleh anak-anak desa sekitar hutan.

Saat pertama kali dimulai, pesertanya berjumlah 26 anak, sampai sekarang pesertanya sudah mencapai lebih dari 40 anak. "Sejak kita mulai pertama kali sampai sekarang ternyata peminatnya terus bertambah," kata Hengki.

Tenaga pengajar bahasa Inggris, lanjut Hengki, merupakan para guide wisata yang berjumlah tiga orang termasuk dirinya sendiri. Anak-anak yang menjadi peserta terbagi atas tiga kelompok, yakni kelas satu sampai tiga SD, kelas empat sampai kelas enam SD dan kelas satu SMP.

"Sementara ini hanya Bahasa Inggris yang kami berikan pada anak-anaka. Kedepannya kami juga ingin memberikan mereka keterampilan seperti membuat handycraft dari bahan-bahan alami yang banyak di sini, misalnya ranting, dahan pohon, daun, biji pinus dan lain-lain. Nanti bisa dijual jadi cinderamata," tuturnya.

Hengki melanjutkan, kegiatan belajar Bahasa Inggris di alam terbuka ini berangkat dari keinginan pengelola wisata untuk memberikan manfaat lebih bagi warga, khususnya anak-anak. Memiliki latar belakang sebagai guide dan memiliki keahlian Bahasa Inggris menjadi modal bagi mereka memberanikan diri untuk mengajar.

"Di wilayah ini potensi wisatanya bagus. Makanya kita ingin anak-anak di sini bisa berbahasa Inggris, minimal bisa menjadi bekal mereka nanti kalau ingin ikut terjun ke bidang pariwisata," tuturnya.

Wisata Hutan Pinus Songgon, saat ini menjadi salah satu destinasi wisata alternatif di Banyuwangi yang sangat menarik untuk dikunjungi. Hutan ini terletak kurang lebih 30 kilometer dari Kota Banyuwangi.

(MT/MT)
  1. Info Banyuwangi
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA