1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Barong Kumbo, raja dari segala barong di Banyuwangi

Barong Kumbo ditempatkan dalam posisi rajanya barong-barong lain di Banyuwangi.

Barong Kumbo. ©2017 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Senin, 13 Februari 2017 07:37

Merdeka.com, Banyuwangi - Barong Kumbo menjadi salah satu pertunjukan seni budaya yang dinanti masyarakat dalam pembukaan Festival Banyuwangi Weekend 2017 di Taman Blambangan. Barong Kumbo memang memiliki daya tarik tersendiri, terutama dari segi ukuran yang lebih besar dibandingkan barong lain di Banyuwangi.

Barong Kumbo memiliki panjang 4,5 meter, lebar 3 meter dengan berat menjapai 50 kilogram lebih. Kata "kumbo" diambil dari bahasa Jawa Kawi yang bermakna besar. "Jadi pakai truk bawanya. Kalau barong lain panjang sekitar 14 sampai 1,9 meter," kata Rudi.

Ketua Sanggar Barong Kumbo Wongsokenongo, asal Kecamatan Rogojampi di sela persiapan pertunjukan. Ukurannya yang besar, Barong Kumbo didesain untuk dimainkan dua orang. Satu di bagian kepala dan ekor. Rudi menjelaskan ciri khas barong di Banyuwangi selalu memiliki sayap dan mahkota.

Dalam tradisi tutur, Barong Kumbo ditempatkan dalam posisi rajanya barong-barong lain di Banyuwangi. Bentuk mata dan gigi yang besar, mulut lebar menjadi identitas umum dari barong sebagai simbol amarah mengusir roh jahat.

"Sebagai perwujudan amarah, jika yang dilindungi diganggu amarah ini berwujud jadi barong. Kemudian simbol pengusir roh jahat. Jadi pelindung dan pengayom masyarakat," jelas Rudi.

Seni Barong di Banyuwangi memang menjadi bagian ritus tradisi bersih desa seperti Ider Bumi di Kemiren, Kebo-keboan di Alasmalang dan Aliyan. Meski di hari biasa juga bisa diundang dalam acara pernikahan, khitanan, sebagai pertunjukan hiburan.

Sementara ini, satu-satunya sanggar barong yang menyajikan Barong Kumbo di Banyuwangi masih milik Rudi. Ide pembuatannya, dia tetap mengacu dari Desa Kemiren yang lebih dulu sudah memiliki kesenian barong.

"Sejak zaman penjajah (Kolonial Belanda) di Kemiren itu sudah ada barong. Kalau Barong Kumbo, kami buatnya baru empat tahun," ujar pria yang juga menjadi ketua Paguyuban Barong Banyuwangi ini.

Rudi mengatakan, sanggar Barong di Banyuwangi berjumlah 400-an. Dari jumlah ratusan tersebut, hanya ada beberapa saja Barong Kumbo di Banyuwangi.

"Tapi Alhamdulillah teman-teman sudah mulai buat. Sekarang sudah mulai ada sanggar lain yang buat Barong Kumbo," ujarnya.

Tidak heran bila Barong Kumbo, sebagai rajanya barong memiliki penggemar hingga ribuan yang tersebar dari seluruh kecamatan di Banyuwangi. "Sempat dalam satu pertunjukan Barong Kumbo, kami hitung penggemarnya ribuan," jelas Rudi.

Saat tampil dalam pembukaan Festival Banyuwangi Wekeend 2017, masyarakat mulai anak-anak sampai dewasa sudah berkumpul di sisi utara panggung untuk menyambut Barong Kumbo yang tampil sekitar pukul 22.00 WIB. Penonton tetap menikmati pertunjukan, meski kondisi sedang hujan gerimis sejak sore.

Saat Barong Kumbo mulai berjalan lenggak-lenggok dan naik ke pentas, para penggemar sudah menari di bawah. Puncaknya semakin terlihat saat Barong Kumbo kembali turun dari pentas untuk tampil di bawah bersama penggemarnya.

"Saya memang menunggu Barong Kumbo tampil. Ini sambil mengajak anak, bahwa barong tidak selalu menakutkan. Tapi bisa menghibur," ujar Saiful, salah satu penonton sambil menggendong anaknya.

Di sisi lain, Rudi berharap ke depannya, kesenian barong di Banyuwangi bisa dikenal lebih luas lagi. Menunjukan bahwa Banyuwangi memiliki kesenian mistik dan sekaligus bisa menghibur.
"Sebagai seniman barong bisa dikenal nasioal dan internasional. Pasti Itu semua keinginan teman dari sanggar barong," ujar Rudi.

(FF/MUA)
  1. Seni dan Budaya
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA