1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Begini filosofi telur itik dalam peringatan Maulid Nabi di Banyuwangi

"Kalau ayam bertelur dua bunyinya sekampung. Tapi kalau itik bahkan sampai 50 kali tidak bunyi, itu simbol kalau beramal tidak bunyi," ujar Anas

Tradisi Endhog-endhogan. ©2017 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Sabtu, 02 Desember 2017 15:18

Merdeka.com, Banyuwangi - Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Kabupaten Banyuwangi berlangsung meriah. Ribuan telur itik yang ditancapkan di pelepah pisang, diarak di lima penjuru sekitar kota Banyuwangi dengan iringan musik rebana sambil membaca shalawat.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menyampaikan, kali ini telur yang digunakan untuk peringatan Maulid Nabi tidak menggunakan telur ayam, melainkan telur ayam.

Mengapa telur itik, sebelumnya Anas bersama para budayawan telah membahas, beberapa simbol yang pas dan mudah menjadi refleksi memperingati Maulid Nabi.

"Kenapa bukan telur ayam, tapi pakai telur itik, karena kalau ayam baru bertelor dua bunyinya sudah sekampung. Tapi kalau itik, bertelur lima kali sampai 50 kali tidak bunyi, itu simbol orang kalau mau beramal tidak bunyi," ujar Anas saat membuka Festival Endhog-endhogan di halaman Kantor Pemkab Banyuwangi, Sabtu (2/12).

Lebih lanjut, antara ayam dan itik juga punya kebiasaan yang berbeda. Ayam tidak suka dengan air, sementara Itik lebih suka dengan air, seolah menyimbolkan harus rajin mengambil wudhu untuk sembahyang, agar mudah diarahkan.

"Itik itu sering ke air, meskipun banyak yang angon cuma satu. Tapi ayam kalau ada lima saja, itu angonnya susah. Kalau itik, ada 200 cukup satu orang saja mudah diarahkan. Kalau orang sering ke air, sering wudhu Insya Allah diarahkan ke yang mudah," katanya.

Selain itu, makna keseluruhan dari telur yang menjadi simbol dalam peringatan Maulid Nabi memiliki filosofi lain. Endhog atau telur memiliki tiga lapisan, mulai dari kulit telur, putih telur dan kuning telur.

Anas mengatakan, kulit telur diibaratkan sebagai lambang Agama Islam. Kemudian putih telur, bermakna keimanan seorang yang beragama Islam dengan percaya dan melaksanakan perintah Tuhan melalui wahyu yang diterima Nabi Muhammad SAW.

Terakhir untuk kuning telur yang berada di bagian paling dalam, bermakna seorang muslim yang beriman akan ikhlas dengan semua ketentuan Tuhan YME.

"Mudah-mudahan dengan pawai ini bisa mencontoh perilaku Nabi Muhammad SAW. Endhog adalah telur, yang memiliki tiga lapis bermakna Islam, Iman dan Ihsan, harmonisasi risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW yang jika ditancapkan pada diri manusia akan menghasilkan manusia yang mencerminkan akhlak Rasulullah," terangnya.

Lebih lanjut Anas meminta kepada setiap kelurahan bisa menyiapkan peringatan Maulid Nabi lebih meriah. Bila perlu bisa disiapkan hingga 3000 telur itik.

"Ini hanya sebagain kecil. Masyarakat di desa-desa, mulai dari Anak-anak hingga orang dewasa mengarak telur dan saling berbagi. Ini bukan hanya sekedar tradisi, melainkan merefleksikan kembali anjuran Nabi Muhammad SAW," jelasnya.

Festival endhog-endhogan diakhiri dengan memakan ancak bersama-sama. Satu ancak yang berisi nasi dan lauk pauk dimakan oleh 4-5 orang. Keguyuban pun langsung terasa saat semua berbaur bersama-sama memakan hidangan tersebut.

(FF/MUA)
  1. Seni dan Budaya
  2. Festival Banyuwangi
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA