Tradisi Endhog endhogan merupakan cara masyarakat Banyuwangi untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Merdeka.com, Banyuwangi - Setiap daerah di Indonesia memeriahkan Maulid Nabi dengan tradisi yang khas. Tak ketinggalan Banyuwangi memiliki tradisi merayakan tersebut yang dikenal dengan Endog-endogan, mengarak ribuan telur yang ditancapkan dalam pelepah pisang simbol nilai-nilai Islam yang harus dimiliki setiap umat Islam.
Pagi itu ratusan orang mengarak puluhan jodang (pelepah pisang) yang ditancapi telur dan ancak (wadah berisi nasi dan lauk pauk). Masing-masing biasanya ditancapi 50 telur, telur yang biasa dipakai adalah telur itik.
Jodang yang dihias aneka rupa itu diarak dari lima penjuru yang melambangkan jumlah sholat wajib umat muslim. Arak arakan tersebut bertemu tepat di depan kantor Pemkab Banyuwangi. Tak ketinggalan, Sholawat Nabi terus dikumandangkan mengiringi arak-arakan telur tersebut.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar mengatakan tradisi Endhog endhogan merupakan cara masyarakat Banyuwangi untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Tradisi yang telah berlangsung selama puluhan tahun ini biasa digelar baik di kota hingga ke pelosok desa. Namun tahun ini tradisi ini dijadikan lebih besar dan meriah melalui Festival Endhog endhogan. Karena, terang Anas, pemkab menilai budaya ini perlu terus dilestarikan bahkan disyiarkan ke penjuru Indonesia.
“Kegiatan ini punya makna yang luas, selain untuk memperingati Maulid Nabi, kita ingin agar orang-orang di luar Banyuwangi merasakan spirit dan semangat warga kita yang begitu luar biasa dalam memperingati Maulid nabi. Sehingga ini menjadi syiar budaya Islam yang asli produk kearifan lokal Banyuwangi,” kata Bupati Anas saat memberikan sambutan.
Anas melanjutkan ada makna filosofi yang tinggi dari tradisi endhog-endhogan ini. Endhog atau telur memiliki tiga lapisan. Kulit telur, putih telur dan kuning telur. Kulit telur diibaratkan sebagai lambang keislaman sebagai identitas seorang muslim. Putih telur, melambangkan keimanan, yang berarti seorang yang beragama Islam harus memiliki keimanan yakni mempercayai dan melaksanakan perintah Allah SWT. Lalu kuning telur melambangkan keihsanan, dimana seorang Islam yang beriman akan memasrahkan diri dan ikhlas dengan semua ketentuan Allah SWT.
“Islam, Iman dan Ihsan adalah harmonisasi risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW yang jika ditancapkan pada diri manusia akan menghasilkan manusia yang mencerminkan akhlak Rasulullah. Inilah makna Festival endhog-endhogan agar kita selalu ingat dan menjalankan tuntunan nabi,” terang Anas.
Setelah pembacaan sholawat, Festival endhog-endhogan dilanjutkan dengan tausiah agama oleh Ustad Andi Hidayat. Dalam tausiahnya Ustad Andi mengatakan jika peringatan Maulid Nabi sudah selayaknya dilakukan oleh umat muslim, sebagai bentuk penghormatan kepada Nabi yang akan memberikan syafaatnya bagi umat muslim kelak di hari akhir.
“Banyak sekali hal yang dicontoh oleh seorang nabi Muhammad. Baik perilaku kesehariannya dan juga ajaran-ajaran yang dicontohkannya. Rasul telah banyak memberi contoh bagaimana kita menjalani kehidupan agar selamat dunia akherat. Maka tidak lah berlebihan bila kita merayakan Maulid Nabi dengan meriah ini,” kata Ustad Andi.
Di akhir acara, Festival endhog-endhogan diakhiri dengan memakan ancak bersama-sama. Satu ancak yang berisi nasi dan lauk pauk dimakan oleh 4-5 orang. Keguyuban pun langsung terasa saat semua berbaur bersama-sama memakan hidangan tersebut.
“Senang sekali bisa merayakan Maulid bersama Bupati dan semua orang disini, biasanya saya ikut endhog-endhogan yang ada di kampung,” kata Fatimah salah seorang warga yang ikut di Festival ini.