1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Beratnya arena pertarungan ITdBI bagi lima climber nasional

“International Tour de Banyuwangi Ijen (ITdBI) selalu berat. Tak hanya medannya, tapi para pembalap yang turun juga bukan sembarangan," kata Hari

Para climber di arena ITdBI. ©2017 Merdeka.com Reporter : Mohammad Taufik | Selasa, 26 September 2017 11:27

Merdeka.com, Banyuwangi - Para pembalap nasional tak mau kalah dalam persaingan perebutan gelar juara individual alias general classification. Paling tidak ada lima nama pembalap yang ikut bertarung bersama para pembalap internasional lainnya di International Tour de Banyuwangi Ijen (ITdBI) 2017.

Mereka adalah Dadi Suryadi (Terengganu Cycling Team), Aiman Cahyadi (Sapura Pro Cycling Team), Jamal Hibatullah (KFC Cycling Team), Hari Fitrianto (CCN Cycling Team), dan Bambang Suryadi (BRCC Banyuwangi).

Kelima pembalap tersebut memiliki peluang besar karena sama-sama bertipe climber. Sebab, ITdBI memang balapan yang hanya bisa dimenangi oleh climber tulen karena lintasan penentuan juara selalu menggunakan jalur tanjakan sangat curam menuju Paltuding di kawasan Gunung Ijen.

Ya, di etape ketiga ITdBI 2017, balapan memang “hanya” melintasi 116,3 km atau jarak terpendek kedua dibanding tiga etape lainnya. Bandingkan dengan etape pertama yang start di Pasar Bajulmati dan finis di Kantor Pemkab Banyuwangi sepanjang 137,7 km dan etape kedua (Glenmore-Pemkab Banyuwangi) 180,9 km.

Namun, meski jaraknya pendek, justru terberat. Sebab, para pembalap harus melahap rute dari Muncar yang berada di 6 meter di atas permukaan laut (mdpl) menuju Paltuding setinggi 1.880 mdpl.

Para pembalap harus menaklukkan tanjakan-tanjakan maut di kawasan menuju Paltuding. Tanjakan tersebut bahkan menurut standar federasi balap sepeda internasional alias UCI merupakan hors categorie yang dalam bahasa Inggris juga disebut beyond category. Secara sederhana, beyond category berarti tanjakan yang paling berat.

Tanjakan terberat merentang sepanjang 16 km terakhir menuju Paltuding. Sepanjang tanjakan tersebut, para pembalap harus menghadapi jalanan yang curam hingga tingkat gradient mencapai 20-24 persen. Padahal, tanjakan maksimal yang “normal” untuk dilintasi kendaraan umum hanya 10 persen.

“International Tour de Banyuwangi Ijen (ITdBI) selalu berat. Tak hanya medannya, tapi para pembalap yang turun juga bukan sembarangan. Hanya climber murni yang bisa memenanginya,” kata Hari Fitrianto.

Apalagi, kata Hari, kehadiran para pembalap Eropa yang sudah berpengalaman di ajang grand tour. Peluang untuk meraih juara individual bakal sangat ketat. Meskipun begitu, sejatinya masih ada nomor lain yang bisa diperebutkan. Seperti King of Mountan (red jersey), Sprint Classification (green jersey), dan Best Indonesian Rider (red and white jersey).

“Sebenarnya kondisi saya sedang tidak fit. Sedang terserang batuk dan flu. Tapi saya tak ingin menyerah. Target saya lima besar di perebutan gelar juara individual,” kata Hari.

(MT/MT)
  1. Tour de Banyuwangi Ijen
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA