"Anas diberi penghargaan lantaran kebijakannya mampu membawa nama Indonesia di luar negeri," kata Dino.
Merdeka.com, Banyuwangi - Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menerima penghargaan dari Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), kelompok pemerhati dan peminat kebijakan internasional yang dipelopori oleh mantan Wakil Menteri Luar Negeri dan Dubes Indonesia untuk Amerika Serikat, Dino Patti Djalal.
Penghargaan diserahkan di Jakarta, Sabtu (17/9) sore, di sela-sela acara Conference on Indonesian Foreign Policy (CIFP) yang dihadiri banyak tokoh, mulai dari sejumlah menteri, duta besar, akademisi, hingga dunia usaha.
"Anas diberi penghargaan dalam hal 'Oustanding Internationalism in Local Leadership' lantaran kebijakannya mampu membawa nama Indonesia di luar negeri," ujar Dino.
Seperti diketahui, Banyuwangi berhasil menorehkan prestasi membanggakan bagi dunia pariwisata Indonesia. Kabupaten berjuluk The Sunrise of Java itu meraih penghargaan Badan Pariwisata Perserikatan Bangsa-Bangsa (The United Nations World Tourism Organization/UNWTO) dalam ajang 12th UNWTO Awards Forum di Spanyol Januari 2016.
Banyuwangi menyabet UNWTO Awards for Excellence and Innovation in Tourism untuk kategori 'Inovasi Kebijakan Publik dan Tata Kelola' dengan mengalahkan nominator lainnya dari berbagai negara di dunia. Ini kali pertama Indonesia mendapat penghargaan di ajang pariwisata tertinggi di dunia tersebut.
Anas ketika dihubungi, Minggu, mengatakan kebijakan pengembangan pariwisata mampu mendorong perekonomian. Pariwisata dinilai sebagai cara tercepat sekaligus termudah untuk menggerakkan ekonomi lokal. "Karena berkaitan dengan ekonomi rakyat, misalnya penjual makanan-minuman, kerajinan, buah, transportasi, penginapan dan sebagainya," ujar Anas.
Pendapatan per kapita masyarakat Banyuwangi memang terus meningkat. Berdasarkan data BPS, pendapatan per kapita masyarakat Banyuwangi naik 80 persen dari Rp 20,8 juta (2010) menjadi Rp 37,53 juta (2015). Perkembangan positif dunia usaha juga terkonfirmasi lewat kinerja perbankan.
Berdasarkan data resmi Bank Indonesia, penyaluran kredit di Banyuwangi pada 2010 sebesar Rp 3,29 triliun, terus tumbuh menjadi Rp 9,43 triliun pada 2015. Rata-rata tumbuh 37 persen per tahun, jauh di atas rata-rata pertumbuhan kredit secara nasional.
Geliat wisata dan ekonomi juga terlihat dari lonjakan jumlah penumpang di Bandara Blimbingsari Banyuwangi. Penumpang melonjak 1.308 persen dari hanya 7.826 penumpang (2011) menjadi 110.234 penumpang (2015). Dari 2010 tak ada penerbangan, kini sudah ada tiga kali penerbangan per hari, dan pada Oktober 2016 bertambah menjadi empat kali per hari.
Dalam acara CIFP tersebut, Anas juga didapuk menjadi pembicara dalam salah satu sesi tentang penguatan daya saing nasional untuk menghadapi kompetisi global. Dia hadir sebagai pembicara bersama Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Pendiri Garuda Food Sudhamek AWS dan Presiden Direktur PT Sritex Tbk Iwan Lukminto.
"Saya antara lain menyampaikan perlunya pengembangan daerah yang memang karakteristiknya berbeda dengan kota besar. Permasalahan daerah terutama ada dua, yaitu kapasitas SDM dan infrastruktur yang kurang merata. Ini kompleks, juga berat," ujarnya.
Menurut Anas, pemerintah daerah saja tak bisa menyelesaikan dua permasalahan itu. Harus sinergi dengan pemerintah provinsi dan pusat, masyarakat, dunia usaha, hingga institusi pendidikan. "SDM di daerah kecil-menengah tidak bisa compete dengan yang ada di kota besar. Itu contoh kecil saja. Maka penting upaya terobosan, seperti di Banyuwangi kami berikhtiar dengan mendorong pendirian Universitas Airlangga, kampus Banyuwangi yang sekarang sudah berjalan dengan sekitar 500 mahasiswa dari 18 provinsi seluruh Indonesia. Bersama kampus lain yang sudah ada, ini upaya bersama melakukan transformasi SDM," ujar Anas.