Masjid Agung Baiturrahman Kabupaten Banyuwangi memiliki Alquran raksasa dengan ukuran halaman 142 x 210 centimeter. Dikemas dengan bingkai kayu jati tebal yang ditaruh di lantai dua.
Selama Bulan Ramadan, Alquran raksasa ini bisa dibaca oleh siapapun saat waktu tadarus.
Tadarus menggunakan Al-Quran raksasa biasanya dilakukan oleh 7 orang, dibaca secara bergantian mulai sekitar pukul 19.30 WIB sampai 22.00 WIB. Dua orang bagian membalik halaman Alquran, sekaligus menyimak. Sisanya tadarus dengan Alquran ukuran standar.
"Yang mengaji tiap malam 7 orang gantian. Siapapun boleh membaca. Kalau ada pengunjung yang datang ingin membaca silakan," ujar Ahmad Rifai (45), Koordinator Pembacaan Alquran Raksasa Masjid Agung Baiturrahman, pekan lalu.
Rifai mengatakan, menyimak dengan Alquran raksasa bisa lebih jeli mengetahui kesalahan bacaan Alquran. Sehingga bisa membenarkan bacaan Alquran orang yang sedang tadarus.
"Kalau yang baca belum biasa, seringkali banyak kesalahan. Seperti panjang pedeknya. Baca Al-Quran raksasa juga menambah semangat, karena sama banyak teman," katanya.
Selama ramadan, di Masjid Agung Baiturrahman rata-rata menyelesaikan tiga kali khatam baca Alquran. "Baca biasanya sampai tiga kali khatam. Untuk Alquran raksasa, dibuka rutin selama tadarus waktu ramadan saja," ujarnya.
Dia melanjutkan, Al-Quran raksasa ditulis oleh Abdul Kari asal Desa Genteng Wetan, Kecamatan Genteng mulai 1 Februari 2010. Kemudian selesai ditulis enam bulan kemudian pada 26 Agustus 2010.
"Dari datanya, ini ditulis menghabiskan tinta 40 dus dan spidol habis 32 dus," ujarnya.
Pembuatan Al-Quran raksasa dibiayai oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dengan total anggaran Rp 183.850.000.