1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Hingga Agustus 2018 laju inflasi Banyuwangi 0,49 di bawah nasional

"Kami optimis inflasi Banyuwangi sampai akhir tahun meningkat sekitar 2 persen saja walupun Dollar (Amerika) naik," kata Lukman.

Bupati Anas bersama TPID Banyuwangi. ©2018 Merdeka.com Reporter : Mohammad Taufik | Kamis, 06 September 2018 15:55

Merdeka.com, Banyuwangi - Laju inflasi Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, sejak awal tahun hingga akhir Agustus 2018 berada di 1,64 persen. Nilai itu lebih rendah 0,49 dari angka inflasi nasional di waktu yang sama yang mencapai 2,13 persen. Hal itu salah satu yang dipaparkan dalam rapat koordinasi wilayah (Rakorwil) Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) se eks Karesidenan Besuki dan Lumajang (Sekarkijang) di Kantor Pemkab Banyuwangi, Selasa (4/9) lalu.

Ketua Tim Advisory Bank Indonesia (BI) Kantor Cabang Jember M Lukman Hakim mengatakan pihaknya optimis angka inflasi Banyuwangi tahun ini akan lebih rendah dari tahun lalu. Peningkatan inflasi tahunan Banyuwangi tahun lalu sebesar 3,17 persen.

"Kami optimis inflasi Banyuwangi sampai akhir tahun meningkat sekitar 2 persen saja walupun Dollar (Amerika) naik. Ada kenaikan harga BBM tahun ini, tapi dampaknya tidak akan sebesar yang disumbang kenaikan tarif listrik tahun lalu," kata Lukman.

Asesor Tim Pengendali Inflasi Pusat (TPIP) Bustanul Arifin yang juga menjadi pembicara dalam acara tersebut mengatakan angka inflasi nasional berhasil ditekan deflasi yang terjadi selama Agustus sebanyak 0,05 persen. Dia berpendapat bahwa sektor transportasi yang kini bisa diharapkan untuk menghasilkan uang USD untuk menjaga kestabilan inflasi nasional yang tahun ini ditargetkan maksimal 3,5 persen.

"Pertanian dan industri kita sedang tiarap. Kita bisa berharap pada bidang jasa untuk meng-generate Dollar (Amerika)," kata Arifin.

Dia menggambarkan inflasi seperti tekanan darah yang tidak boleh terlalu tinggi, tidak boleh juga terlalu rendah. Maka inflasi yang terlalu tinggi akan memberikan hasil jelek, juga deflasi yang terlalu lama harus dihindari karena hal itu memperlihatkan daya beli yang rendah.

Penyebab inflasi Nasional 2,13 persen, kata Arifin, disebabkan meningkatnya biaya pendidikan yang menyumbang 0,08 persen, makanan jadi dan perumahan yang masing-masing menyumbang 0,06 persen, serta meningkatnya biaya kesehatan yang menyumbang 0,01 persen. Sementara bergeraknya harga bahan makanan menyumbang deflasi 0,24 persen, begitu juga transportasi sebesar 0,02 persen.

"Kenapa harga-harga bergejolak, karena ada produksi, konsumsi, dan sistem pasar yang ikut menentukan harga masing-masing barang dan jasa," kata Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian Universitas Lampung (Unila) itu.

(MT/MT) Laporan: Ahmad Suudi
  1. Info Banyuwangi
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA