"Awalnya saya sendiri hanya coba-coba, Alhamdulillah ternyata hasilnya bagus, tidak kalah dengan sawah," kata Nawawi.
Merdeka.com, Banyuwangi - Nawawi (40), warga Desa Wringinputih, Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi saat ini punya prinsip, menjadi petani tidak harus memiliki sawah.
Di desanya, dia membuat banyak warga heran dengan menanam cabai besar, mentimun, kacang panjang hingga terong di kebun kelapa yang cukup minim sinar matahari. Meski demikian, hasilnya mampu setara dengan yang ada di sawah pada umumnya.
"Awalnya saya sendiri hanya coba-coba, Alhamdulillah ternyata hasilnya bagus, tidak kalah dengan sawah. Banyak orang yang datang melihat, heran dan ingin meniru," kata Nawawi di kebunnya, Senin (4/6).
Umumnya, kata Nawawi, kebun-kebun kelapa di desanya rata-rata hanya ditanami singkong, pisang, pohon sengon, jati dan beberapa hanya dibiarkan tidak produktif.
Sebelumnya, Nawawi bersama saudaranya, Kariri (45) sudah 10 tahun tekun menanam cabai besar dan tanaman lain di lahan persawahan yang dia sewa. Namun sawah yang mereka sewa merupakan bekas areal tambak air payau, bila kemarau panjang dan laut pasang sumber dan tanah di sawahnya menjadi payau hingga asin.
"Jadinya bertahun-tahun saya nanam cabai besar hasilnya tidak pernah maksimal, ya mungkin karena kualitas tanahnya jelek," katanya.
Akibat sewa sawahnya semakin mahal, sementara panen tidak pernah maksimal, Nawawi dan Kariri akhirnya coba banting setir menjadi petani namun di kebun kelapa.
Saat ini, di kebun kelapa miliknya seluas setengah hektare telah rapi dibersihkan dan dicangkul. Lebih dari seperempatnya telah ditanami cabai besar. Untuk membantu pencahayaan sinar matahari, Nawawi selalu memberi lapisan plastik untuk menutupi tanah yang sudah dicangkul.
"Jadi fungsi plastik ini untuk membantu sebaran cahaya matahari, selain untuk menekan jumlah tumbuhnya rumput," katanya.
Hasilnya, semua tanaman tumbuh rata subur dengan hama yang tidak terlalu banyak seperti di sawah. "Setiap orang yang mampir ke sini pasti heran, kok bisa bagus ditanami cabai besar di bawah kelapa. Setiap hari kalau ada orang lewat pasti mampir, penasaran," katanya.
Saat ini, cabai besar yang ditanam rata-rata sudah dipanen 3-4 hari sekali dengan berat antara 1 sampai 1,5 kwintal.
"Ya lumayan, sekarang harga di pasaran stabil, kapan hari Rp 15 ribu, sekarang masih turun jadinya Rp 10 ribu perkilo di pengepul," ujarnya.
Samaji, salah satu warga, mulanya heran tanaman seperti cabai besar pasti butuh perhatian khusus dan tentunya butuh sinar matahari yang maksimal seperti di sawah.
"Saya sendiri juga heran, soalnya di desa sini belum ada yang kebun kelapanya ditanami cabai besar kayak gini. Setelah lihat begini ya ingin ikutan nanam di kebun saja, daripada sewa sawah mahal," katanya.
Rata-rata, harga sawah seperempat hektare Rp 4-5 juta untuk waktu satu tahun. Dalam setahun, penyewa biasanya hanya punya tiga kali kesempatan tanam, mulai dari tanaman rutin seperti padi, jagung dan satu jenis tanaman palawija lainnya.
"Kalau sewa, tanamannya harus yang punya penghasilan besar seperti semangka, melon, cabai besar, kalau hasil panen padi tidak cukup buat bayar sewa dan kebutuhan sehari-hari," ujar Samaji.
Kepala Dinas Pertanian Banyuwangi, Arief Setiawan, secara terpisah menyampaikan saat ini di Banyuwangi terdapat 55.030 hektare sawah dan secara bertahap diproteksi melalui Perda agar tidak dialihfungsikan.
Dari luasan sawah tersebut, terdapat ratusan ribu petani yang hanya menjadi buruh tani dan serabutan lain, termasuk menyewa karena tidak memiliki sawah.
"Ya jadi petani tidak harus di sawah. Sebenarnya kalau memang mau memanfaatkan kebun kelapa di bawahnya ditanami memang bagus. Di bawahnya bersih kelapanya juga semakin bagus," katanya menanggapi.
Selain Nawawi, kata Arief, juga banyak petani-petani lain di Banyuwangi yang memanfaatkan kebun kelapanya untuk ditanami palawija termasuk cabai.
"Seperti di Wongsorejo itu kan sentra cabai kecil. Beberapa lahannya coba dilihat itu kan banyak yang dibawah kebun pohon kelapa," katanya.