1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Menengok Desa Tamansari, peraih Desa Wisata Award dari KemenDesa

Desa Tamansari memiliki manajemen pengelolaan desa wisata yang rapi dengan didukung BumDes sebagai pengelola usaha masyarakat di sana.

Kantor Desa Tamansari. ©2017 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Selasa, 16 Mei 2017 18:18

Merdeka.com, Banyuwangi - Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes-PDTT) memilih 10 desa di Indonesia untuk mendapatkan penghargaan 'Desa Wisata Award'. Salah satu yang terpilih, yakni Desa Tamansari, Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi dalam kategori Desa Wisata Jejaring Bisnis.
Desa Tamansari dinilai berhasil mengelola potensi pariwisata desa untuk meningkatkan perekonomian masyarakat.

Perjalanan menuju Desa Tamansari, membutuhkan waktu sekitar waktu menit dengan jarak tempuh 24 kilometer dari pusat Kota Banyuwangi. Lokasinya terletak di kaki Gunung Ijen, destinasi wisata yang terkenal dengan pemandangan blue firenya.

Sebagai desa yang dilintasi jalan menuju wisata Gunung Ijen, Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Tamansari berinisiatif untuk menggerakkan masyarakat menjadikan rumahnya sebagai homestay. "Saat ini sudah ada 53 homestay. Pemilik homstay ini mayoritas bekerja sebagai petani, penambang dan penambang belerang," kata Ketua Bumdes Desa Tamansari, Bambang Hadi Supriyadi (49) kepada Merdeka Banyuwangi, Selasa (16/5).

Saat pertama mendirikan Bumdes pada 2015, dia bersama masyarakat sepakat mengenalkan potensi desanya dengan nama Desa Wisata Tamansari (Dewi Tari). Selain homestay di dalamnya terdapat paket wisata ke Kampung Penambang, Kampung Bunga dan Kampung Susu.

"Harapannya agar kualitas perekonomian dan pendidikan masyarakat meningkat. Sekarang sudah banyak yang alih profesi, dari buruh jadi pemandu lokal. Mereka sudah menerima tamu dari online, kerjasama dengan para agent," katanya.

Selain di sektor pariwisata, Bumdes Desa Tamansari juga menyediakan pasar sembako murah melalui Bulog, packaging produk masyarakat, penyediaan transportasi wisata dan usaha Pertamini.

Bambang bercerita, tim juri Kemendes-PDTT datang ke Desa Tamansari dengan tiba-tiba tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. "Yang paling banyak ditanyakan tim penilai, itu tentang bidang usaha Bumdes. Waktu dia ke sini kabetulan ada tamu wisata. Saya ngasih informasi ke wisatawan, dan ternyata direkam sama dia. Awalnya saya saja gak tau kalau dia juri," ujar Bambang.

Saat ini jaringan bisnis pariwisata dan usaha yang dikelola Bumdes Desa Tamansari mencapai Rp 30 juta per bulan. Pemasukan ini, kata Bambang, masih belum maksimal.

"Yang penting jejaring antar pemerintah mau jalan. Kalau untuk pendapatan jangka panjang yang penting jalan dulu. Harapannya ekonomi masyarakat bisa mandiri dan tidak ketergantungan pada siapapun. Karena sebagian besar jadi buruh tani dan perkebunan," ujar dia.

Sering jadi tempat studi banding pada bidang pelayanan publik, Desa Tamansari juga menjadi pioner dalam pelayanan Smart Kampung berbasis IT. Pengurusan seperti KTP, SPM Online, KK dan izin usaha cukup diurus di tingkat desa, dengan jam pelayanan mulai pagi hingga pukul 22.00 WIB.

"Di sini mayoritas masyarakat buruh dan pekerja, jadi banyak waktu luangnya malam hari," ujar Sekertaris Desa Tamansari, Wudi Utami.

Selain itu, di kantor Desa Tamansari juga terdapat tiga ruang perpustakaan untuk Ibu PKK, anak-anak dan masyarakat umum. Para pemuda juga sering memanfaatkan menjadi tempat akses Wifi.
"Kami yang pertama menjadi desa Smart Kampung. Mulai 2016 sudah sering jadi tempat studi banding. Tahun ini yang sudah datang ke sini dari Kecamatan Songgon, Wongsorejo, Sempu, Genteng, Kabat. Mereka belajar tentang Bumdes dan smart kampung," ujarnya.

(FF/MUA)
  1. Info Banyuwangi
  2. Smart Kampung
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA