1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Musim paceklik, istri nelayan jual piring sampai perabot rumah tangga

"Sudah lima bulan ini ikan di Muncar sepi. Sebelum ada acara petik laut sempat ada. Setelah itu sepi lagi sampai sekarang," ujar Nurhadi.

Paceklik, Istri Nelayan jual perabot rumah tangga. ©2017 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Selasa, 21 Februari 2017 18:17

Merdeka.com, Banyuwangi - Sudah lima bulan lebih nelayan ikan di Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi terpaksa tidak melaut karena cuaca buruk dan semakin sulit mencari ikan.

Salah satu tempat berkumpul nelayan di sebuah gubuk dekat Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang biasanya ramai saat ini hanya tinggal beberapa saja.

Nurhadi, salah satu nelayan, memilih untuk tidur di gubug tersebut karena perahu selerek yang dia ikuti sedang menunggu musim ikan kembali.

"Sudah lima bulan ini ikan di Muncar sepi. Sebelum ada acara petik laut sempat ada. Setelah itu sepi lagi sampai sekarang," ujar Nurhadi kepada Merdeka Banyuwangi, Selasa (21/2).

Sementara industri pengalengan ikan yang biasa menampung penghasilan nelayan Muncar, saat ini memenuhi kebutuhan ikan dengan impor dari kota dan negara lain.

"Dari dulu kalau musik paceklik, mereka ambil ikan dari China, Taiwan, India," ujarnya.

Musim paceklik ikan, mulai sering dirasakan nelayan setelah tahun 2000-an. Nurhadi sendiri menganggap banyak dan tidaknya ikan tergantung kehendak Tuhan. Bukan karena faktor lain.

Saat ikan ramai, dalam sehari nelayan Muncar bisa mendapatkan penghasilan hingga Rp 300 ribu. Nurhadi sendiri mengaku setiap musim ikan, dia bisa dengan mudah mengambil kredit motor, membeli baju baru dan membeli segala yang diinginkan isterinya.

Namun saat musim paceklik ikan dan nelayan tidak melaut, para ibu-ibu rumah tangga perlahan mulai menjual barang-barang di rumah untuk membeli kebutuhan beras sampai biaya sekolah anak.

Sejak pukul 06.00 sampai 10.00 WIB, para ibu-ibu nelayan terlihat sibuk membawa barang yang akan dijual. Mulai piring, wajan, ember, kipas angin, setrika dan semua perlengkapan rumah tangga.

Barang-barang yang mudah dibawa ini, setiap pagi dijual di samping pasar tradisional Muncar. Penurunan harga jual barang di musim paceklik bisa sampai 50 persen.

Wajan yang biasa Rp 40 ribu, bisa didapat dengan harga Rp 20 ribu. Sedangkan piring yang biasa selusin Rp 27 ribu, bisa didapatkan dengan harga Rp 10-15 ribu.

"Apa saja dijual, yang penting bisa buat beli beras. Ini biasa sudah. Kalau musim ikan ya semua yang diinginkan bisa dibeli lagi," ujar Hasanah (46), salah satu Ibu nelayan yang menjual piring.

Budaya konsumerisme dan tingginya ketergantungan hidup pada laut, membuat pasar lelang perlengkapan rumah tangga bisa muncul kapan saja. Bila malam hari, giliran barang-barang berat seperti televisi hingga almari rumah, dijual di Kaligondo, Muncar.

"Kalau yang berat-berat nanti malam. Televisi 21 inci harganya bisa cuma Rp 300 ribu," ujarnya.

(MT/MUA)
  1. Peristiwa
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA