1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Nanang Kosim, muadzin dengan suara merdu dapat bantuan Alquran braille

"Ini memang cita-cita saya sejak kecil dulu bisa memiliki Alquran braille," kata Nanang.

Kosim menerima bantuan Alquran Braille. ©2017 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Rabu, 07 Juni 2017 14:59

Merdeka.com, Banyuwangi - Senyum mengembang terlihat di wajah Nanang Kosim (24), penyandang tuna netra yang mendapat bantuan Alquran dengan tulisan braille dari relawan.

Saat mendapatkan bantuan, Nanang mengatakan akan memaksimalkan belajar membaca Alquran sesuai bakatnya sejak kecil menjadi muadzin di masjid dekat rumahnya.

Dari 17 jenis nada azan, kemudian bacaan tarkhiem, qiroat yang sudah dia hafal sebagian besar belajar dari pengalaman mendengar dari audio televisi, radio, maupun kaset rekaman.

"Ini memang cita-cita saya sejak kecil dulu bisa memiliki Alquran braille. Sudah satu minggu ini saya belajar huruf latin braille dari teman-teman, tinggal huruf Y dan Z saja," ujar Nanang saat ditemui di rumahnya di Desa Labanasem, Kecamatan Kabat, Rabu (7/6).

Selanjutnya, Nanang bisa belajar membaca Alquran dengan tulisan braille melalui bantuan teman-teman tuna netra di lembaga Aura Lentera.

"Kami ada home school, jadi relawan yang datang ke rumahnya. Karena usia Nanang sudah 24, jadi diikutkan paket B untuk SMP, paket C untuk SMA," ujar Nurhadi Windoyo, pendiri Aura Lentera.

Dia mengatakan, ke depan akan menjadikan Aura Lentera sebagai yayasan yang fokus membuat kajian teknologi aksebilitas untuk penyandang disabilitas.

"Riset-risetnya bikin kursi dengan sensor otak, kalau beli Rp 100 juta. Kami yang bikin cukup Rp 10 juta, tinggal pasang sensor dan pengamanannya. Siap bikinkan, untuk temen yang mau pesan," ujar Windoyo sambil menemani Nanang belajar Alquran braille.

Tidak hanya itu, Aura Lentera juga sedang mengembangkan riset membuat mesin cetak huruf braille dengan biaya produksi lebih murah. Sebab, mesin cetak braille masih diproduksi Norwegia dengan harga Rp 600 juta.

Windoyo yang juga menyandang tuna netra melanjutkan, penulisan huruf Alquran braille tidak jauh berbeda dengan huruf latin.

"Dasar hurufnya latin, hanya ditambah atau dikurangi beberapa titik. Penulisan braille maksimal ada 6 titik dari setiap huruf. Misalnya kalau alif atau A ini hanya satu titik," ujarnya.

Alquran dengan penulisan braille memiliki jumlah halaman lebih banyak. 30 Juz Alquran yang diberikan kepada Nanang jumlahnya ada 2 dus. Masing-masing jilid berisi satu Juz ayat Alquran.

"Banyak saudara kita belum dapat Alquran braille karena harganya mahal. Ini saja 30 juzz harganya Rp 1,5 juta," ujar dia.

(MT/MUA)
  1. profil
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA